Berkunjung ke Arsip Nasional Republik Indonesia, Agar Bangsa Tak Hancur Berkeping-Keping

Mendampingi Komisi II DPR RI berkunjung ke ANRI di Ampera Raya, Jakarta Selatan.

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) ANRI memiliki peranan penting dalam bidang kebudayaan terutama dalam melakukan transformasi kearsipan untuk mengembangkan memori kolektif bangsa dan tata kelola pemerintahan.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua Komisi II DPR RI Aria Bima saat memimpin kunjungan lapangan ke kantor ANRI di kawasan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Rabu, 25 Juni 2025.

Pengelolaan arsip yang baik sangat diperlukan mengingat arsip menjadi sumber data kementerian dan lembaga sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan/kebijakan.

“Salah satu indikasi bangsa yang hancur berkeping-keping yakni hilangnya memori kolektif bangsa. Salah satu cara menghilangkan memori itu dari kearsipan. Kearsipan yang baik akan membantu kita memahami nilai-nilai kolektif sejarah, termasuk melihat bagaimana pembangunan peradaban manusia berproses,” kata Aria Bima.

Anggota tim kunjungan lapangan Komisi II DPR RI lain yang hadir yakni tiga wakil ketua komisi lain, yakni Bahtra, Dede Yusuf, dan Zulfikar Arse, serta para anggota komisi seperti Muhammad Khozin, Indrajaya, Ahmad Wazir Noviadi, Aus Hidayat Nur, Heri Gunawan, Azis Subekti, Esthon Foenay, Giri Ramanda Kiemas, Habibur Rochman, Ujang Bey, Taufan Pawe, Andar Amin Harahap, Edi Oloan Pasaribu, dan  Zulkifli Anwar.

Sebelum pertemuan bersama jajaran pimpinan ANRI, Tim Kunjungan Lapangan Komisi II DPR RI melihat langsung beberapa fasilitas penyimpanan arsip dan diorama, termasuk proses digitalisasi dokumen bersejarah seperti naskah Proklamasi RI, autentikasi tanda tangan, dan film-film bersejarah.

Pada kesempatan ini, Komisi II DPR RI menyatakan dukungan penuh kepada ANRI. Apalagi, apa yang ada di Gedung ANRI merupakan jendela untuk melihat bangsa ini ke depan.

“Keberadaan arsip sangat penting sebagai sumber informasi, karena bisa menjadi sumber kebijakan, seperti dalam konflik sengketa pulau antar daerah yang terjadi baru-baru ini. Arsip merupakan kekayaan intangible, yang harus dinilai valuenya hingga berpuluh-puluh atau beratus tahun mendatang,” tegas Aria Bima.

Politisi Fraksi PDI Perjuangan menggarisbawahi pengelolaan arsip  yang terintegrasi dan mudah diakses dengan memanfaatkan digitalisasi sangat dibutuhkan oleh pemangku kebijakan maupun masyarakat. Untuk itu, ia juga meminta agar ANRI merangkul kreator konten media sosial atau influencer untuk memviralkan pentingnya peran ANRI, termasuk menarik Gen Z melakukan eduwisata di lokasi penuh sejarah ini.

“Apalagi saat ini banyak tokoh publik di pemerintahan Presdien Prabowo yang bisa mengglorifikasi dokumentasi kearsipan nasional sebagai aset berharga Indonesia,” pungkasnya.

Pada pertemuan ini, Kepala Arsip Nasional RI Mego Pinandito menyampaikan roadmap pembangunan kearsipan menuju Indonesia Emas 2045.

“Terkait kearsipan dalam pemerintahan modern, serta terwujudnya peningkatan pelayanan publik bidang kearsipan secara digital dan terwujudnya birokrasi pemerintahan yang modern, kita butuh sistem kearsipan modern berbasis digital,” kata Mego didampingi Sekretaris Utama ANRI Rini Agustiani.

Pada 2025, setelah terkena kebijakan efisiensi belanja pemerintah, ANRI mengelola pagu anggaran Rp 207,27 miliar. Sekitar 60 persen anggaran untuk biaya operasional termasuk gaji pegawai.

”Biaya AC dan listrik memakan porsi terbesar untuk menjaga keamanan data. Termasuk juga sisi keamanan fisik dan data-data digital,” ungkap Mego.

Komitmen dukungan peningkatan anggaran terhadap ANRI juga disampaikan anggota Komisi II DPR RI lain, setelah melihat pentingnya peran lembaga ini menjaga data penting bangsa.

”Terlalu kecil anggaran yang diberikan negara untuk menjaga keamanan arsip ini,” kata Zulfikar Anwar dari Fraksi Partai Demokrat.

Senada dengan itu, Taufan Pawe dari Fraksi Partai Golkar melihat ANRI merupakan ’urat nadi’-nya negara. ”Arsip ini adalah nadinya negara. Bayangkan kalau nadi kita tak berfungsi, anatomi negara tak ada lagi. ANRI harus diperhatikan, khususnya agar budgettingnya meningkat,” kata salah satu anggota Badan Anggaran ini.

Azis Subekti dari Fraksi Partai Gerindra juga mengingatkan, budaya itu bukan masa lalu tapi juga terkait masa kini dan masa depan.

”Di sini kita melihat arsip bukan hanya warisan dan kebanggaan, tapi juga value, ada semangat besar di sini. Kita semua ini merupakan ’generasi migrasi’, dari generasi analog ke digital. Untuk itu, kita harus menjadikan arsip bukan sebagai masa lalu, tapi masa depan bangsa kita,” jelasnya.

Di akhir acara, Kepala ANRI berterima kasih atas dukungan yang diberikan Komisi II DPR RI.

”Kami akan terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga untuk menyempurnakan sistem kearsipan nasional. Kami percaya, kunjungan ini merupakan langkah awal untuk menyamakan satu persepsi dan satu perspektif tentang Arsip Nasional ke depan,” pungkas Mega Pinandito.

Leave a Reply

Your email address will not be published.