Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Kisah Pengawasan Pemilu 2024, Legacy Bawaslu Tamiang di Tangan Jurnalis Senior

Sebuah organisasi dalam periode tertentu sebaiknya memiliki ‘legacy’. Apa yang dihasilkan selama kurun waktu berjalannya kepercayaan diemban. Akan lebih baik jika pencapaian itu didokumentasikan sebagai warisan para penerus kelak.

Bawaslu atau Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten Aceh Tamiang punya banyak kisah pada pelaksanaan Pemilu 2024. Ketua Bawaslu Imran, yang sudah dua periode di lembaga ini, punya gagasan -dan merealisasikannya- dalam buku biru setebal 158 halaman.

Continue reading “Kisah Pengawasan Pemilu 2024, Legacy Bawaslu Tamiang di Tangan Jurnalis Senior”

Tamasya Bola, Menulis Sepak Bola Mengalir ala Darmanto Simapea

Tulisan buku ini mengalir dan kaya referensi. Seperti tulisan Romo Sindhunata di Kompas, atau opini Rob Hughes yang jadi panutannya di tabloid Bola.

Berterima kasih secara khusus untuk Felix Dass yang memberikan bonus tambahan buku ini sebagai paket hadiah tebak skor kemenangan Liverpool. Dengan membaca buku ini, gairah menulis dengan mengalir kembali muncul.

Continue reading “Tamasya Bola, Menulis Sepak Bola Mengalir ala Darmanto Simapea”

Seporsi Mie Ayam Sebelum (Tak Jadi) Mati

Brian Khrisna kembali menghadirkan kisah getir orang terpinggir. Dari sini kita belajar, bagaimana hidup harus disyukuri. Seberapapun kelam itu.

Saya butuh sepanjang perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke Yogyakarta International Airport dan hari-hari sesudahnya, untuk menamatkan buku 208 halaman karya Brian Khrisna ini: Sepotong Mie Ayam Sebelum Mati. Di halaman setelah cover saya tulis coretan: ”Begitulah hidup… berani hidup tetap lebih baik daripada berani mati…”

Continue reading “Seporsi Mie Ayam Sebelum (Tak Jadi) Mati”

‘Succes Story’ Para Perompak dan Kemenangan Perencanaan

Buku keduapuluh tiga Tere Liye yang saya baca. Judulnya ’Yang Telah Lama Pergi’. Berkisah tentang komunitas bajak laut dalam misi-misi ‘kemanusiaan’ memerangi musuhnya. Cerita epik, sejarah, dan lebih penting: strategi meraih kemenangan dalam hidup.

Kisah buku setebal 442 halaman ini memang tentang perjalaan bajak laut. Perompak. Dari angle seorang pembuat peta bernama Mas’ud alias Al Baghdadi yang nyasar masuk ke kapal bajak laut dan sempat dituduh mata-mata.

Continue reading “‘Succes Story’ Para Perompak dan Kemenangan Perencanaan”

Sebelas Menuju Madrid

Buku keduapuluh dua Tere Liye yang saya. Judulnya ‘Sebelas’. Setebal 442 halaman. Membuka seloroh lama, “Masak sih dari sekian ratus juta penduduk Indonesia tak bisa menemukan sebelas pemain sepak bola terbaik yang bisa membanggakan Indonesia di pentas dunia?”

Ceritanya mengalir. Dari seorang bule dikejar-kejar imigrasi, menyusup ke lapangan bola, bertemu teman sekaligus rival lama, sampai membentuk tim menuju kejuaraan bergengsi U-17 di Madrid.

Continue reading “Sebelas Menuju Madrid”

’Daun yang Jatuh’ dan Kisah Malaikat Pengubah Hidup

Buku keduapuluh satu Tere Liye yang saya tamatkan. Genrenya roman. Tentang perjuangan hidup yang ‘too good to be true’. Dan tentang bagaimana seni mengungkapkan perasaan suka.

Judulnya ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’, 256 halaman tebalnya. Alurnya kilas balik. Maju mundur. Cerita dari dua bersaudara, Tania dan Dede. Bersama seorang ibu tunggal.

Continue reading “’Daun yang Jatuh’ dan Kisah Malaikat Pengubah Hidup”

Kisah Ghanta Meneliti Ilmiah Bonek 225 Km di Luar Surabaya

Bayoghanta Maulana Mahardika menuliskan ringkasan tesisnya dalam buku ’Awakdewe Iki Yo Bonek’, Ruang dan Identitas Pendukung Persebaya di Luar Surabaya. Hasil penelitiannya ke komunitas suporter pencinta Persebaya di Klaten, Sragen, dan Boyolali.

Ternyata Bonek -julukan supporter Persebaya, artinya bondo nekat, modal nekat- tak hanya kuat di Surabaya dan kota-kabupaten lain di Jawa Timur. Bonek tak hanya lekat di wilayah Arek dan Madura.

Continue reading “Kisah Ghanta Meneliti Ilmiah Bonek 225 Km di Luar Surabaya”

Kisah Tambang dan Teruslah Bodoh

Ini buku kedua puluh Tere Liye yang saya baca. ‘Teruslah Bodoh, Jangan Pintar’. Khusus bercerita tentang kompleksitas dunia pertambangan di Indonesia.

Alurnya unik, tapi khas kisah Tere Liye. Hanya dari ruang sidang komite berukuran 3×9 meter. Berisi tujuh anggota komite, masing-masing dua orang dari pihak pertambangan PT Semesta Minerals & Mining dan dua dari aktivis lingkungan. Kursi lain untuk saksi yang dihadirkan. Dengar pendapat maraton, sebelum dua pekan lebih kemudian memutuskan, apakah perusahaan itu diizinkan mendapat konsesi besar di negeri ini atau tidak.

Continue reading “Kisah Tambang dan Teruslah Bodoh”