Indonesia punya tokoh yang tepat untuk dijadikan inspirasi, bahwa keterbatasan tak boleh membuat seorang manusia menyerah. Nama tokoh itu: Handry Satriago, orang nomor satu di jajaran GE Indonesia. Sejak usia 18 tahun sampai saat ini berumur 41 tahun, Handry tak bisa lepas dari kursi rodanya, namun bukan berarti ia meratap dan mengibarkan bendera putih.
“Dalam hidup ini kita harus punya mimpi,” kata Handry saat menjadi pembicara kunci penghargaan Kompetisi Esai Mahasiswa 2010 “Menjadi Indonesia” yang digelar Tempo Institute, baru-baru ini.
Pada sesi sharing selama 40 menit itu, Handry menekankan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki daya saing tinggi. Dan daya saing sebuah bangsa harus dimulai dari kualitas anak-anak mudanya. “Karena itu, anak muda Indonesia mesti punya diferensiasi, berani berpikir berbeda, out of the box,” kata pria kelahiran Pekanbaru, 13 Juni 1969 yang mengaku terkenang dengan motto ibunya, to love is to give (mencintai berarti memberi).
Keberhasilannya merupakan perjalanan panjang, mengingat beberapa hari setelah ulang tahun ke-18 pada Juni 1987, Handry didiagnosis mengidap kanker kelenjar getah bening di tulang belakangnya.
Kuliah S-1 diselesaikan secara cum laude di IPB, hingga pada 1997, ia ditawari GE Indonesia untuk bergabung. Berbagai posisi sempat ditempatinya, termasuk menjadi Direktur Power Generation GE Energy (wilayah Indonesia, Vietnam, Filipina, Kamboja), hingga kini menjadi President GE Indonesia, berkantor di sebuah gedung di kawasan Sudirman, Jakarta. Juli lalu, Handry resmi menyandang gelar doktor, setelah mempertahankan disertasi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ini inspirasi nyata, bahwa keterbatasan tidak harus membuat kita menyerah. Dengan terus taat pada bimbingan Yang Kuasa, kita tidak akan menjadi putus asa atas apapun kekurang kita, Niscaya, sikap melecut diri untuk tidak gagal itu bahkan mengantar kita kepada keberhasilan besar.
artikel ini juga dimuat di www.espira.tv