Welcome to the World, Indonesia Finance Today

CEO sekaligus Editor-in-Chief IFT Abraham Arief (tengah) memandu diskusi peluncuran IFT. Menambah marak persaingan koran ekonomi.

Bertambah lagi koran bergenre ekonomi yang terbit dari Jakarta. Mengandalkan riset dan analisis data, dicetak terbatas untuk segmentasi dan pasar khusus.

Ibarat kelahiran seorang anak manusia, 31 Januari 2011 merupakan hari bersejarah bagi Indonesia Finance Today (IFT). Dalam sebuah perhelatan mewah di Ballroom Ritz-Carlton Pacific Place, hari ini orok Indonesia Finance Today resmi memulai nafasnya sebagai sebuah surat kabar harian.

“Sebelumnya, versi online dan mobile kami sudah muncul sejak 17 Januari silam,” kata CEO sekaligus Editor-in-Chief IFT Abraham Arief. Sejak diluncurkan dua pekan silam, situs www.indonesiafinancetoday.com sudah memiliki 2 ribu pelanggan. Rencananya memang, peminat situs ini mendapatkan fasilitas gratis selama dua pekan pertama, untuk selanjutnya diharuskan membayar biaya langganan. Situs ini tayang dalam dwibahasa, Indonesia dan Inggris, serta dapat juga diunduh dalam aplikasi Blackberry.

Mantan Direktur Investasi Perbankan PT Trimegah Securities itu memaparkan, IFT hadir dengan konsep berbeda. Setiap tulisan di koran ini dilengkapi dengan data hasil riset, yang kemudian dianalisis oleh sebuah tim khusus. “Harapannya, berita yang kami tampilkan bisa menjadi pedoman untuk berinvestasi,” katanya saat menyampaikan pidato pembukaan di depan sekitar 100 audiens.

Sementara itu, Sekretaris Redaksi IFT Manaping Siregar menambahkan, koran IFT hanya dicetak terbatas, khusus untuk para pelanggan. “Tak lebih dari 15 ribu eksemplar. Kalaupun ada yang dijual, kami ada di booth-booth khusus seperti di Bursa Efek Indonesia, karena kami punya pasar tersendiri,” kata pria yang sebelumnya menduduki jabatan serupa di Mingguan Gatra ini.

Dalam leaflet promosinya, IFT mematok harga berlangganan Rp 995.000/6 bulan dan langganan web Rp 99 ribu/bulan. Bisa jadi, ini adalah rekor harga langganan termahal untuk sebuah harian yang ada di Indonesia. Apalagi, kalau benar pada Sabtu dan Minggu koran ini justru libur.

Dalam sambutannya, Abraham mengutip pernyataan King James I, “No news is good news”. Ungkapan dari Raja Inggris abad XVII itu menggambarkan bahwa manusia tak bisa lepas dari informasi, yang kalimat lengkapnya berbunyi, “Having no information means that bad developments are unlikely, as in I haven’t heard from them in a month, but no news is good news.” Menurut Abraham, IFT lahir dari kebutuhan masyarakat akan informasi keuangan, bursa, dan sektor-sektor ekonomi yang kredibel.

Selain Abraham, dua pembicara lain juga menyampaikan kotbah ekonominya pada grand launching IFT. Pengamat ekonomi dari Unika Atmajaya, A.Prasetyantoko yang menyampaikan overview ekonomi Indonesia mengawali paparannya dengan rasa bangga, “Saya merasa terhormat dapat menjadi saksi lahirnya bayi baru Indonesia Finance Today. Semoga bayi ini dapat tumbuh dewasa seperti yang kita harapkan.” Pembicara lainnya, pengamat ekonomi Asia Tenggara, Evan Sean Lim, juga menyanjung-nyanjung kondisi ekonomi Indonesia yang diibaratkan macan baru bangun dari tidur.

Sebagaimana lazimnya media baru, banyak awaknya berasal dari kapal lain. Direktur IFT Rosalie S. Ticman sebelumnya dikenal sebagai  Direktur Asia Financial Network, sebuah perusahaan konsultan investasi. Di jajaran redaksi, ada tiga redaktur pelaksana yakni Grace S. Gandhi (eks Tempo), Roffie Kurniawan (eks Xin Hua Finance dan Thomson Reuters) serta Ferry Irwanto (eks Kompas dan Reuters).

Untuk urusan data dan analisis, yang menjadi jualan utama IFT, Head of Research nya dipegang Rowenan Suryobroto, yang sebelumnya menjabat Head of Research and Analysis Asia Financial Network. Adapun di jajaran editor ada nama-nama seperti Syakur Usman (eks Tempo dan Forbes Indonesia), Ewo Raswa (eks Tempo dan Kontan), Andryanto Suwismo, Dudi Rahman (eks Investor Daily), Gentur Putro Jati (eks Kontan), Sulha Handayani (eks Inilah.com), Houtmand P. Saragih (eks Warta Ekonomi dan Koran Jakarta) serta Lili Hermawan (eks Koran Jakarta). Editor Foto dijabat Melly Riana Sari (eks fotografer Bisnis Indonesia) diperkuat antara lain eks pewarta foto Tempo Dinul Mubarok. Selain media-media itu, ada juga asisten editor dan reporter yang berasal dari Detikcom, Seputar Indonesia, dan Republika.

Kehadiran IFT bukannya tanpa sorotan. Indo Pos misalnya, memberitakan derasnya kritikan Anggota Komisi I DPR RI tentang kecurigaan IFT dikuasai investor asing, serta perlunya Undang-Undang untuk pembatasan Penanaman Modal Asing di bidang media. Angle senada juga disuarakan portal Inilah yang memasang judul Singapura Perkuat Cengkraman di Indonesia. Dalam pemberitaannya, Inilah mengutip Rakyat Merdeka, dengan menulis, bahwa Horizon Equity Pte Ltd, sebuah perusahaan berbasis di Singapura, 31 Januari meluncurkan sebuah media on-line dengan dana investasi sebesar Rp 50 miliar.

Siapa sebenarnya investor IFT? Belum terkuak pasti. Beberapa jurnalis di IFT pun mengaku tak tahu detail. Mereka hanya menjawab, dana tidak berasal dari investor tunggal, tapi dari private equity yang kemudian diputar oleh para managed fund. “Bisa jadi uangnya berasal dari banyak orang,” kata sumber itu.

Jojo Raharjo

Leave a Reply

Your email address will not be published.