Giring, Jaring, dan Daring

Media Sepakbola hadir di tengah banyaknya media yang berlomba menggiring opini pencinta sepakbola ke arah tertentu.
Peluncuran situs Media Sepakbola.com. Referensi baru situs sepakbola.

Dunia media telah berubah. Meninggalkan dunia konvensional alias “old media”, kini kita memasuki era 2.0, yang sering disebut sebagai “new media”. Pengertian media baru di sini tak lain karena dunia, dengan segala perkembangan teknologi internet yang menyertainya, telah melupakan era konservatif yakni era penerbitan. Memang, koran, tabloid, dan majalah tak seketika berhenti seperti pernah disuarakan Rupert Mordock dan Bill Gates, tapi kehadiran internet dan varian penyertanya –di antaranya yang kita kenal sebagai jejaring sosial- membawa revolusi besar.

Selain soal kecepatan, hadirnya media dalam jaringan (daring) alias media online memberikan nilai tambah yakni dimungkinkannya interaksi nan amat cepat antara pengelola portal dan pembacanya. Di sisi lain, jejaring sosial seperti youtube, facebook dan twitter (ditambah lagi, fenomena google plus yang bakal turut meramaikan dunia persilatan social network) membuat masyarakat netters bisa beraktualisasi dalam segala bentuk. Positif atau negatif, semua hadir secara cepat dan balas-berbalas.

Mengapa dibilang negatif? Ya, selain hal-hal positif seperti kian dekatnya seorang publik figur dengan penggemarnya atau pejabat dengan konstituennya, sisi buruk muncul tatkala etika dalam berinteraksi di dunia maya menjadi nomer dua. Tatkala sebuah situs seperti www.bambangpamungkas20.com bisa menjadi begitu memberi inspirasi dan semangat pencerahan, ada pula portal berita yang di bagian olahraganya justru memancing semangat perkelahian antar supporter. Memang tak bisa dielakkan, karena kolom komentar di bagian bawah berita bisa langsung diunggah oleh penulisnya tanpa sensor.

Demikian pula dunia facebook dan twitter. Sebagai salah satu negara yang memiliki pengguna jejaring sosial terbesar di dunia, tak hanya sisi positif yang ada di ranah ini. Akun-akun palsu pun muncul tak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga menjadi semacam pembunuhan karakter bagi pemilik nama sebenarnya. Setelah kapten timnas Firman Utina mencak-mencak usai Piala AFF lalu, atas munculnya akun twitter dengan namanya, persoalan serupa bukan jaminan tak terulang. Cobalah anda buka dan amati linimasa (timeline) akun twitter @arifinpanigoro_ Hanya ada dua kemungkinan usai membacanya, jika anda tidak marah, maka akan tertawa terbahak-bahak.

Untuk ranah abu-abupun, pengakuan Bambang Pamungkas dalam bukunya “Bepe 20 Ketika Jemari Menari” bisa jadi contoh. Dikisahkan dalam tulisan “Confession of a Bad Boy”, Bepe –sapaan legenda timnas itu- mengusir rasa jenuh dalam mengikuti prakualifikasi Piala Asia di Oman. Saat itu, Bepe bersama Ponaryo Astaman membuat akun facebook palsu pelatih Beny Dollo dengan nama “Charles Bronson”, sesuai nama aktor yang digemari sang coach. Dibilang abu-abu, karena langkah itu tak sepenuhnya salah, tapi mampu meningkatkan disiplin dan soliditas tim di tengah suasana bosan jauh dari keluarga.

Media Sepakbola

Akhir pekan di penghujung Juli, situs Media Sepakbola.com secara resmi diluncurkan. Menjadi pertanyaan dan harapan kita bersama, agar situs berita olahraga ini menjadi panduan dan arahan bagi penggemar sepakbola. Tak mudah memang memenuhi misi itu, karena menggiring opini di dunia daring tak semudah memasukkan bola ke jaring.

Di tengah sekat-sekat yang mengancam peran sepakbola sebagai olahraga pemersatu, hadirnya sebuah media tak ubahnya pisau bermata dua. Bisa menjadi alat yang berguna untuk keselamatan manusia di meja operasi, tapi bisa juga memutus nyawa kala menikamnya di ulu hati.

Selamat hadir Media Sepakbola.com, semoga menjadi alternatif bacaan yang cepat, cerdas dan mencerahkan para netters!

One Reply to “Giring, Jaring, dan Daring”

Leave a Reply

Your email address will not be published.