Salt Lake City, Utah: NBA dan Pelajaran Industri Olahraga

Menikmati tiket NBA pertama saya di Amerika.

Di depan EnergySolutions Arena. Markas Utah Jazz.

Di Orlando, kami hampir saja menyaksikan pertandingan NBA antara dua klub bergengsi wilayah Timur: Orlando Magic menjamu Miami Heats. Tapi, karena sampai di Amway Centre tiket sudah habis, tinggal tersedia tempat duduk barisan depan seharga 124$, kami memilih balik kanan. Serunya pertandingan, yang akhirnya dimenangkan tuan rumah lewat overtime, kami nikmati lewat tayangan televisi di kafe depan stadion markas Orlando Magic itu.

Kamis (15/3) kami sampai di Salt Lake City di negara bagian Utah pada sore hari. Saat itu, Alain Chen, kawan seperjuangan sesama peserta International Visitor Leadership Program (IVLP) 2012 sudah mengonfimasi bahwa jam 7 malam bakal berlangsung partai NBA wilayah Barat antara Utah Jazz melawan Minnesota Timberwolves

Tak buang waktu, usai membereskan urusan check in dan menyalakan netbook sebentar guna memberi kabar kepada keluarga di Indonesia, saya bergabung menuju kandang Utah. Kami menggunakan jasa kereta api trem yang memang gratis bagi warga Salt Lake City bepergian ke  arah downtown. Melintasi empat stasiun sampai di EnergySolutions Arena, dengan tulisan besar terpasang di tembok luar stadion “We are Utah”.

Di sini kami beruntung mendapat tiket, meski dengan harga termurah, 10$ dapatnya tempat duduk paling belakang di tribun atas. Benar-benar di bawah atap stadion, tak ada lagi orang di belakang kami. Pertandingan di stadion berkapasitas 19 ribu penonton, malam itu hanya terisi separuhnya, berjalan ketat. Lewat overtime, Utah Jazz akhirnya memulangkan tamunya dengan tangan hampa, 111-105.

I love this game

Dari tempat duduk paling atas menyaksikan Utah Jazz vs Minnesota Timberwolves. Olahraga dalam kemasan industri.

Banyak inspirasi didapat dari nonton pertandingan basket profesional di Amerika. Pertama, dari game nya sendiri. Pertarungan selalu ketat, dipastikan menyajikan banyak skor. Inilah mengapa orang Amerika lebih suka basket daripada soccer yang golnya tak banyak. Selain itu, waktu yang amat singkat, bahkan satu detik, bisa mengubah keadaan menjadi sangat berarti. Dengan banyaknya time out untuk menghela nafas dan mengatur strategi serta waktu berhenti saat bola mati, pertandingan menjadi lebih optimal. Jangankan sepuluh detik, satu sekon pun bisa membalikkan keadaan dari keunggulan menjadi kekalahan nan menyakitkan. Seusai motto NBA: ‘Where Amazing Happens’.

Inspirasi kedua, datang dari bagaimana olahraga ini dikemas dalam industri profesional. Memasuki stadion kami mendapat ‘Game Time’ majalah mini full colour yang menjelaskan sisi-sisi pertandingan malam itu, dengan lebih banyak halaman didominasi iklan. Di dalam stadion, kami melihat banyak kursi sudah ditempeli kartu berwarna kuning, artinya sudah ada yang berhak duduk di situ, yakni para pemegang tiket musiman. Dengan membayar borongan, pemilik season ticket bisa mendapat harga murah dan dipastikan mendapat tempat duduk saat tim kesayangannya berlaga. Tentu kebijakan serupa sudah diterapkan di dunia sepakbola profesional, tapi saya belum mendengar kabar, apakah rencana pemberlakuan season ticket bagi bobotoh Persib Bandung benar-benar terlaksana.

Kemasan sport industry juga diterapkan saat game berlangsung. Sepanjang pertandingan yang ada hanya kemeriahan, termasuk saat time out, dan half time break. Selalu ada saja acara untuk mengisi suasana agar penonton tak jenuh. Mulai atraksi dunk dari tim McDonald’s, lomba memasukkan bola dari jarak tertentu berhadiah sampai 1000 dolar, sampai musik menghentak dengan kamera menyorot penonton, dengan harapan audiens berjoget dan melihat wajahnya masuk layar raksasa.

Yang tak kalah tentu peran maskot klub. Setiap klub punya ikon, seperti Utah Jazz dengan beruangnya, ‘Jazz Bear’. Saat pertandingan berlangsung, Jazz Bear berlari ke arah penonton, berfoto bersama anak-anak di tribun. Saat laga memasuki waktu jeda, ada saja ulah sang maskot, mulai bergelundungan di lapangan, sampai membawa aneka poster pembakar semangat, bunyinya antara lain “You Are The Difference Making, We Need You” yang diacungkan menjelang babak tambahan waktu, “Noise!” artinya meminta penonton berteriak, dan akhirnya menunjukkan poster kemenangan “Not In Our Home!” boleh kalah tapi tidak di kandang sendiri.

Olahraga bukan sekadar kalah menang dalam pertandingannya sendiri. Ada kemasan industri yang bila serius dibangun akan mendatangkan nilai plus amat besar di dalamnya. I Love This Game!

Salam Sabtu pagi dari kamar hotel Little America, Salt Lake City.

Leave a Reply

Your email address will not be published.