Two Side Merseyside

Partai derbi Liverpool ke 219 berakhir 2-2. Diwarnai kontroversi anulir gol Luis Suarez di dying time.

http://www.youtube.com/watch?v=frEqBSf7Ouc&noredirect=1

Sungai Mersey membentang 113 kilometer, membentang dari Stockport dan bermuara di Teluk Liverpool. Karena itulah, nama Merseyside menjadi nama county metropolitan yang beranggotakan lima sektor, termasuk Liverpool sebagai kota sektor terbesarnya. Di kota ini terdapat dua kesebelasan besar, Everton Football Club yang berdiri 1878 dan “adik”-nya, Liverpool FC, bentukan pada 1892. Klub kedua terbentuk menyusul konflik antara pengurus Everton dan manajemen pengelola stadion Anfield. Akhirnya, Everton menyingkir dan pindah ke Goodison Park, stadion mereka hingga saat ini. Adapun pengelola Anfield mendirikan klub baru, yang awalnya bernama “Everton F.C. and Athletic Grounds Ltd” –sebelum nama itu ditolak FA dan berubah menjadi Liverpool FC. Jarak antar kedua stadion itu tak sampai 1 kilometer, dipisahkan sebuah kawasan bernama Stanley Park.

Sejak akhir abad XIX hingga memasuki abad modern itulah, derbi antara kedua tim selalu memanas. Padahal, tak jarang pendukung kedua kubu berasal dalam satu rumah, berjalan bareng menuju stadion dengan dua jersey berbeda warna, biru dan merah. Dalam sejarah para pemain besarnya pun, mereka memiliki histori unik karena di masa kecilnya tercatat sebagai pendukung klub lawan . Di kubu Liverpool, nama-nama seperti Jamie Carragher, Robie Fowler, Steve McMahon, Steve McManaman, Ian Rush, dan bahkan Michael Owen dikenal sebagai Evertonian, alias fans Everton di masa kecil mereka. Semerntara di pihak Everton, ada almarhum Gary Ablett., Peter Reid, Dave Watson dan Leon Osman, yang sebenarnya mengaku sebagai Liverpudlian.Dari total 219 pertemuan di semua kompetisi, rekor sementara Liverpool mencatat Liverpool 87 kali, Everton 67 kali, dan imbang 65 kali.

Ribut wasit

Perdebatan offside Suarez di menit akhir derbi. Menuai debat.

Tak afdol membicarakan pertandingan semalam tanpa membicarakan pembatalan gol ketiga Liverpool di menit akhir tambahan waktu. Luis Suarez menyambut kencang tendangan, tapi dibatalkan hakim garis dan wasit Andre Marriner dengan tuduhan offside. Suarez mencocor sundulan Sebastian Coates, memanfaatkan tendangan bebas Steven Gerrard dan menghujamkan bola ke sisi atas gawang Tim Howard. “Sebenarnya gampang sekali membuat keputusan dalam kasus ini. Gol itu mestinya sah. Jelas-jelas, bola datang dari udara, dan Coates pun posisinya onside,” kata pelatih Liverpool Brendan Rodgers dalam konferensi pers usai pertandingan.

Rodgers, dan Suarez juga, semakin sadar, hal-hal dicurangi wasit seperti ini akan terus terjadi. Meski memang itu bukan alasan untuk kembali masuk ke zona Liga Champions pada akhir musim nanti. Tuduhan skandal macam calciopoli di Inggris memang amat terlalu dini. Tapi, mengerikan juga bila membandingkan pertandingan sejam kemudian, saat Manchester United memang 3-2 atas pemuncak klasemen, Chelsea, yang diramaikan dengan dua kartu merah untuk ‘The Blues’ ditambah gol kemenangan Javier Hernandez beraroma offside.

Pelatih Everton David Moyes: “It was a goal at the end. We were lucky.

Kapten Liverpool Steven Gerrards mengaku tak bisa menjelaskan apa yang terjadi atas keputusan aneh Marriner. Gerrard mengungkapkan, usai pertandingan ia mendatangi wasit dan bertanya, benarkah Suarez terperangkap offside, yang dijawab Marriner, “I think so.” Gerrard pun hanya bisa tepok jidat. “Benar-benar bukan hal yang baik. Kalau semua keputusan di liga ini didasarkan pada ‘i think so’, saya kira kita tengah berada dalam sebuah permasalahan.”

Tak seperti tiga laga derbi musim lalu yang semuanya menjadi milik Liverpool, dua di liga dan satu di semifinal Piala FA, kali ini catatan imbang bertambah rekornya. Untuk sementara, Liverpudlian menunda slogan ‘Merseyside is Reds’. Kawasan pinggir Sungai Mersey masih terbagi dua sisi antar kakak beradik.

Leave a Reply

Your email address will not be published.