Kongres Partai Nasdem berlangsung meriah. Kompas TV beruntung bisa berdialog langsung dengan Surya Paloh di sela-sela perhelatan itu.
Dua hari Balai Sidang Jakarta alias JCC semarak dengan warna biru, seiring dengan datangnya ribuan peserta kongres partai Nasional Demokrat (Nasdem) pada 25-26 Januari. Nasdem menjadi fenomena, karena inilah satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi sebagai peserta Pemilu 2014. Lebih fenomenal lagi, sepekan setelah pengumuman Komisi Pemilihan Umum, partai bert-tagline “Gerakan Perubahan” itu mendapat nomor urut satu sebagai peserta pemilu.
Partai ini berawal dari sebuah organisasi kemasyarakatan, dibentuk tak lama setelah Surya Paloh keok dalam perebutan Ketua Umum Partai Golkar melawan Aburizal Bakrie dalam Munas Pekanbaru Oktober 2009. Ormas Nasdem dideklarasikan oleh 45 tokoh nasional di Istora Senayan pada 1 Februari 2010, sementara Partai Nasdem berdiri 26 Juli 2011 di Hotel Mercure, Ancol. Kongres Nasdem menjadi buah bibir karena sepekan sebelum kongres, Ketua Dewan Pakar Hary Tanoesoedibjo, memutuskan mundur dari partai, bersama tiga pengurus lainnya, Ahmad Rafiq (Sekjen), Syaiful Haq (Wasekjen) dan Endang Tirta (Ketua DPP Bidang Internal). Selain itu, ribuan anggota dari kepengurusan daerah dan organisasi sayap juga menyatakan permisi dari partai yang menargetkan diri masuk tiga besar dalam Pemilu 2014 ini.
Pembukaan kongres diawali dengan pidato Ketua Umum Partai Nasdem Patrice Rio Capella. Orasi pria 43 tahun yang pernah menjadi calon Wakil Gubernur Bengkulu ini diberi judul “Kitalah Elang Rajawali Itu”. Saat menemukan salinan pidato Rio di deretan depan kursi, seorang peserta kongres nyeletuk mengomentari judul itu, “Sudah elang, rajawali pula…”
Dua kali ia mengutip kalimat Bung Karno. Sengaja juga Rio memotivasi kadernya agar tak gentar dengan prahara. Katanya, pelaut ulung tidak pernah berenang di air yang tenang, tetapi pelaut ulung harus menunggangi gelombang menuju pulau harapan dan pantai tujuan. “Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama. Kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali. Dan kitalah elang rajawali itu.”
Patrice Rio menganggap gelombang eksodus di partainya bak angin lalu. Caleg DPR RI Partai Amanat Nasional nomor urut 1 dari daerah pemilihan Bengkulu pada Pemilu 2009 itu sampai dua kali mengulang kalimat penutup orasinya, “Agar yang tidak murni terbakar mati!”
Setali tiga uang dengan Surya Paloh. Mantan politisi gaek Partai Golkar yang menyatakan mundur dari halaman beringin sejak 7 September 2011 ini menyatakan, cabutnya Hary Tanoe cs tak terlalu berpengaruh pada Partai Nasdem. “Kita butuh iklan, benar. Kita butuh logistik, benar. Tapi itu bukan segala-galanya bagi Nasdem, saudara-saudaraku,” teriaknya. Surya mengibaratkan, partainya tak terbuat dari plastik ringan yang mudah rusak, tapi terkonstruksi dari molekul baja yang kokoh dan kuat. “Ia akan mampu menghadapi terik panas matahari dan gelombang samudera alam,” papar pemilik Media Grup itu.
Dialog live Kompas TV
Setelah mengejarnya dua hari, akhirnya Surya Paloh memberikan kesempatan wawancara langsung dalam program Kompas Petang di Kompas TV, Sabtu (26/1), sesaat sebelum penutupan kongres. Berada di VIP Room Lower Level JCC, tim Surya Paloh memberi rambu-rambu ketat, “Tidak boleh ada tamu lain di studio, dan tak ada tanya jawab interaktif dengan pemirsa.”
Dalam dialog dua segmen bersama duo presenter Ratna Dumila dan Teuku Parvinanda, Surya Paloh menegaskan tak ada perpecahan di partainya. Mengenakan busana khasnya, setelan jas Partai Nasdem yang langsung dipakai menutupi bulu dada tanpa lapisan pakaian lain, Surya menunjukkan rasa percaya diri. “Kami tak butuh rekonsiliasi, tapi bagaimana mengefektifkan konsolidasi. Nggak ada perpecahan di partai ini, untuk apa rekonsiliasi?” tegasnya.
Surya menegaskan, sebenarnya ia tak bercita-cita menjadi Ketua Umum Partai Nasdem. “Inginnya ada orang lain yang mampu memimpin partai ini. Cita-cita saya bukan menjadi ketua partai ini, tapi bagaimana Nasdem bisa menjadi pemenang Pemilu 2014,” kata pria kelahiran Kutaraja, Aceh, 62 tahun lalu itu.
Setelah dialog live dengan Surya kelar, dialog Kompas TV berlanjut bersama Riezky Aprilia. Mantan Ketua Garda Pemuda Nasdem DKI Jakarta itu mengaku kecewa atas perubahan Nasdem dari ormas menjadi partai. Dalam AD/ART dijelaskan, Garda Pemuda merupakan sayap ormas, bukan partai. “Komponen ormas dan partai itu adalah dua hal yang berbeda. Ini hal yang sangat prinsip,” kata Riezky, yang sehari sebelumnya membawa 2 ribu anggota Barisan Reaksi Cepat (Baret) Nasdem berunjukrasa ke Gondangdia.
Partai Nasdem mencoba terus mengukuhkan eksistensinya, termasuk dengan ‘show of force’, masuknya para politisi berpengalaman. Ada nama-nama Enggartiasto Lukito (anggota DPR RI tiga kali dari Partai Golkar), mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto, Rahmawati Sukarnoputri, juga termasuk Jusuf Kalla sebagai simpatisan partai. Tapi, Partai Nasdem tak akan mudah menuju cita-citanya menjadi salah satu pemenang pemilu. Selain dituntut membawa reputasi tetap kuat tanpa mereka yang eksodus, Nasdem dan Surya Paloh memikul ‘kerikil’ persoalan lain. Mereka harus menyelesaikan sengkata ketenagakerjaan Luviana Ariyanti, asisten produser Metro TV yang dinonjobkan akibat bersikap kritis terhadap perusahaan. Belakangan, perkara ini meluas ke ranah hukum, terkait kekerasan para pengawal Partai Nasdem yang bertindak anarkistis membubarkan unjuk rasa Luvi dkk, 16 Januari lalu.