Hotel budget, minim fasilitas, tapi asyik juga.
Sudah beberapa malam saya menginap di Hotel Amaris Pemuda, Semarang. Ini kesempatan kali kedua setelah April lalu menghabiskan dua malam di hotel yang terletak satu area dengan Toko Buku Gramedia dan Studio Radio Sonora Semarang itu. Saya pun kian menyelami, betapa dahsyatnya grup Kompas melakukan inisiatif bisnis membuka “hotel budget”, hotel berkelas, tapi murah di ongkos dan minimalis di fasilitas.
Amaris berarti bayi, dalam bahasa Sansekerta. Secara sederhana, Hotel Amaris adalah kelas separuh harganya Santika, jaringan hotel milik Kompas yang berkembang sejak 1988. Bila di Santika, ruangan terasa begitu lebar, sebaliknya dengan Amaris. Konsepnya, tamu memilih Amaris bukan untuk tinggal di kamar atau nonton tv kabel sambil tiduran di kasur seharian. Mereka yang datang ke hotel ekonomi seperti ini adalah orang-orang sibuk. Perlu punya kamar hanya untuk menaruh tas, dan yang penting ada tempat tidur nyaman di malam hari. Selebihnya, ia harus keluar dari room untuk berkeliling kota dan baru kembali jelang bobok.
Saya pernah merasakan tinggal seorang diri di kamar sebuah hotel yang sangat-sangat luas di Little America Hotel, Salt Lake City, Utah. Saking luasnya, kamar itu bahkan dilengkapi dengan semacam ruang tamu terpisah, persis seperti unit mewah di apartemen. Maka, membandingkan kondisi itu dengan Amaris, tentu ukurannya bukan lagi antara bumi dan langit, tapi mungkin antara gua terdalam di dasar bumi melawan langit ketujuh…
Ana rega ana rupa, kata orang Jawa. Ada harga ada fasilitas. Namanya juga “hotel budget”, tentu apa yang didapat beda dengan kelas premium. Ibarat naik Lion Air ya jangan minta fasilitas Garuda. Dengan rate tak sampai Rp 300 ribu per malam, Amaris menyiapkan fasilitas yang nyaman tapi irit. Contohnya, di hotel berbintang tiga ke atas, tamu mendapat paket peralatan kamar mandi, lengkap dengan sabun bulat terbungkus kertas bertuliskan nama hotel.
Begitu uniknya kemasan sabun yang tertera nama dan lokasi hotel itu, saya punya kerabat yang gemar mengoleksinya. Sabun-sabun dari berbagai hotel di berbagai belahan dunia dimasukkannya dalam sebuah toples di ruang tamu rumah. Beberapa hotel bahkan membungkusnya lebih rapi, tak hanya di kertas bulat pipih, tapi dikemas dalam bungkus segi empat kecil, sepaket dengan sikat gigi, cotton bud, dan sisir.
Apa yang terjadi di Amaris? Jangankan bungkus yang bulat tanpa kardus pengemas sabun, di sini tamu mendapatkan sabun dan shampoo langsung dengan memencetnya di wadah kaca khusus di kamar mandi. Jadi, bila tak habis, bisa digunakan tamu berikutnya, toh? Tak ada buku berisi menu makanan untuk dipesan ke kamar atau notes bertuliskan daftar kanal televisi. Indeks saluran televisi pun cukup ditempel di balik remote control. Masih untung tamu mendapatkan sandal hotel terbungkus rapi, yang di beberapa hotel sejenis harus beli seharga 6 ribu rupiah.
Okupansi dahsyat
Terlepas dengan minimalisnya ruang dan fasilitas yang diberikan, konsep membuat hotel seperti Amaris patut diacungi jempol. Konon, bos Kompas Jakob Oetama terperangah saat mendapat laporan okupansi Amaris bisa mencapai 120 persen sehari. “Kok bisa 120 persen ya?” tanyanya. Ternyata saking penuh dan larisnya, ada satu kamar yang sehari terisi dua kali, pagi dan sore. Inilah model ‘short-time hotel’ untuk konotasi positif. Tamu datang dari bandara, check-in, meletakkan barang, mandi, pergi, lalu selesai urusan bisnis kembali ke hotel, ambil barang dan check-out.
Terbukti, Amaris sudah memiliki 25 hotel di 16 kota, termasuk Amaris Bugis Junction, di kawasan wisata backpacker Singapura. Di Jakarta, Amaris menampung orang-orang sibuk yang butuh cuci muka dan “menitipkan barang”-nya dengan membuka cabang di kawasan strategis, seperti Amaris Bandara Soetta, Juanda, Mangga Besar, Mangga Dua, Thamrin dan Season City, Senen, Tendean, serta dua hotel di Panglima Polim dekat Blok M. Belum terhitung yang masih “coming soon” di Grogol, Tanah Abang, dan Pasar Minggu.
Berdiri sejak 2007 di bawah naungan PT Grahawita Santika, Amaris pernah meraih rekor MURI karena dalam waktu berdekatan mampu melakukan pembukaan tiga hotel. Jaringan hotel Amaris terkenal dengan ciri khasnya, bangunan yang berwarna ramai: hijau, merah, kuning, dan biru. Amaris pada umumnya tak punya kolam renang, kecuali ada dua Amaris yang memiliki fasilitas itu, yaitu di Bali dan Bandung. “Sebagai budget hotel, Amaris tidak menyediakan kulkas minibar di dalam kamar. Luasnya pun hanya 14 meter persegi, setengah dari luas kamar standar Santika 28 m2,” kata Lilik Oetama, Executive Director Santika Indonesia Hotels and Resorts yang juga Vice Chief Executive Officer (CEO) Kompas Gramedia sebagaimana dikutip Kompas.com
Jadi, kalau bisa murah, dan nyaman, kenapa tidak? Asal jangan kelamaan di kamar aja….