Banyak ide liar dari mahasiswa jika pikiran mereka dibebaskan. Ini kisah bagaimana mereka membedah obyek wisata dan kuliner di Jakarta.
Saya sengaja membebaskan mahasiswa untuk mengambil topik apa saja, dalam pembuatan program video berdurasi tayang 30 menit, sebagai tugas akhir mata kuliah Editing dan Pasca Produksi Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Jadilah, ada yang memilih genre dokumenter sejarah bergaya nge-pop, membuat game show, atau cerita perjalanan.
Ini video menarik, mereka beri judul “Bedah Jakarta”. Kisahnya, terpusat pada kedua orang, satu dari Jawa, dan satu orang Jakarte, yang mengeksplorasi ibukota dalam berbagai sisi. Digarap apik bersepuluh oleh Zerica Estefania, Georgene Surhani, Maria Advenita, Feronica Christiani, Cansa Abinta, Garry Nahumury, Aloysius Primasyah, Krisma Hutama, Fanly Edah, dan Yohanes Bosco.

Peran sentralnya dipegang oleh Bang Aloy (sesuai namanya, diperankan oleh Aloysius Primasyah) dan Mas Alay (dimainkan amat njawani oleh Krisma Hutama). Mereka bertemu di Tugu Monumen Nasional, ikon kota Jakarta.
“Apa sih yang menarik dari Jakarta, apa coba istimewanya?” tanya Mas Alay.
“E… banyak, Lay. Elu pasti bakal kagum deh, sama kota gua ini,” balas Bang Aloy.
Maka, dua anak muda ini mengitari kota berpenduduk 10 juta ini. Diawali dari Monas, termasuk masuk ke museum sejarah dan diorama, lanjut ke lokasi bersejarah seperti Galeri Foto Antara, Pasar Baru, dan Museum Wayang Jakarta Kota. Tak lupa, Aloy dan Alay menikmati makanan khas, dari gado-gado lanjut ke es krim Ragusa, di kawasan Veteran, Jakarta Pusat. “Es krim ini didirikan pada 1932 oleh dua orang berkebangsaan Italia yang bernama Luigie Ragusa dan Vincenzo Ragusa,” cerita Aloy.
Kritik: terkesan tak fokus

Sebagai sebuah ide perjalanan satu kota, konsep tayangan ini menarik, meski jadi kurang fokus. Maksudya mengeksplorasi kecakepan atau sisi menarik kota Jakarta dalam berbagai aspek, tapi karena terlalu banyak lokasi dan topik, jadinya malah terkesan loncat-loncat. Selain itu, tayangan ini juga agak miskin dengan CG (character generator) atau grafis, yang harusnya menjelaskan jalan lokasi, sejarah, bahan dasar gadop-gado dan harganya, atau keterangan penjelas lain.
Dari “kelas mahasiswa”, pengambilan gambar Gary, Feronica, Maria, Georgene, dan Zerica harus diacungi jempol. Hampir semua karya video mahasiswa UMN diambil dengan piranti kamera reflex lensa tunggal (SLR, single-lens reflex). Meski peralatannya sederhana, toh mereka bisa mendapatkan komposisi dan pencahayaan bagus, seperti saat pengambilan gambar di Pasar Baru dan Kota Tua. Kritik tentu ada, misalnya perpindahan antar scene yang masih tampak kasar atau kurangnya ketelitian dalam pengambilan rentang gambar (headroom/rentang atas maupun rentang samping). Tapi secara umum, beberapa kesalahan kecil itu tak terlalu mempengaruhi konten dan estetika visual secara keseluruhan.
Terus berkembang, kawan. Bebaskan pikiran dalam ide-ide liar itu. Dan… jangan pernah takut salah!