Kelompok ini mencoba memutar waktu, mengajak kita menuju Jakarta tempo doeloe.
“Laju melaju, menerpa angin di jalan raya
Riung-meriung kebut janganlah terpengaruh
Tahan emosi meluncur pelan tapi pasti
Jangan lupa sim dan STNK
Hati-hati ada razia
Keliling putar bundaran Hotel Indonesia
Tarik gas ke arah Monas, menuju ke arah Kota
Putar balik di Harmoni ke Kebon Jeruk Tiga
Lalu mampir Ragusa…”
Iringan lagu ‘Pelan Tapi Pasti’ ini menjadi pengiring yang pas bagi salah satu karya tugas akhir mata kuliah Editing & Pasca Produksi Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Dikerjakan bersembilan oleh Stephanie Ellen, Linda, Oriza Cintya, Feliana Lamjaya, Martina Andriani, Saraswati Putri, Triani Hanifa, Natasha Sinsoe, dan Nadia Latief.
Benar, layaknya single yang biasa dibawakan kelompok White Shoes and the Couples Company tadi, kelompok ini membawa pemirsa berkelana Jakarta, terutama ke sisi-sisi yang selama ini jarang terekspose.
Dimulai dari Museum Sejarah atau Museum Fatahillah di kawasan Jakarta Kota. Dipandu Nadia Latief, berbagai isi perut museum dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi itu. “Serem banget ternyata, di sini ada penjara khusus bagi wanita,” kata Nadia, didampingi Usman, tour guide museum yang menjadi ikon Kota Tua itu.
Sedikit ke arah utara, kelompok ini kemudian menuju ke bekas Galangan Kapal VOC, di Jl Kakap, Penjaringan. “Galangan ini memengang unsur penting dalam jaringan dagang dunia. Sebabnya, kapal-kapal dari berbagai negara di dunia, bongkar muat di galangan ini,” tutur Nadia sembari berkeling bangunan yang didirikan Belanda pada 1628 itu. Kini, lokasi bersejarah itu berubah menjadi tempat kursus musik dan kafe.
Di akhir perjalanan, mereka ber-happy ending di es krim Ragusa, Veteran, Jakarta Pusat. Sias Mawarni didapuk sebagai tokoh utama sejarah restoran es krim, yang awalnya membuka peruntungan pertama di Jl Naripan, Bandung. “Ragusa itu awalnya nama keluarga pendiri es krim ini. Awalnya mau saya daftarkan ‘es krim Italy’ tak diperbolehkan,” kata Sias, yang sempat belajar khusus memasak di negeri spagheti. Berdiri pada 1932, kehadiran es krim Ragusa diinisiasi oleh Luigi Ragusa dan Vincenzo Ragusa.
Perlu keterangan lokasi
Kelompok ini punya nilai plus, saat menampilkan Nadia sebagai “host” yang cukup mampu menghidupkan suasana. Selain itu, komposisi gambar dan cahaya cukup keren, misalnya saat mengambil visual mural di Museum Fatahillah. Total durasi yang 24,5 menit untuk program dengan total tayangan 30 menit, dapat dirasakan aman. Tidak over (terlalu panjang), dan juga tak under (terlalu pendek mengisi durasi).
Namun, tayangan ini bisa jadi lebih menarik seandainya menyertakan petunjuk lokasi bagaimana menuju ke tiga tempat itu grafis peta menuju TK. Banyak orang belum paham, bagaimana menuju Museum Galangan VOC bila menempuh jalan dari arah Jakarta Kota. Atau di mana persisnya Jalan Veteran I nomor 11, tempat es krim Ragusa nan bersejarah itu berada.
Di luar wawancara narasumber Usman, pemandu di Museum Sejarah, yang terlalu panjang –jangan ragu memotong visual atau pernyataan yang tak perlu- perjalanan menyusuri tiga bangunan tua Jakarta ini cukup enak ditonton. Salut!