Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

“Ikut Suami Milih Gerindra…”

Liputan untuk media televisi seyogyanya selaras, antara apa yang disampaikan, dengan visual yang ditampilkan.

Candy Chandra tampil cukup berani berada di tengah kerumunan massa, tribun bawah di salah satu sektor Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Partai Gerakan Indoenesia Raya yang menggelar kampanye akbar di Senayan menjadi pilihannya. Tak salah, karena magnet partai bernomor urut enam ini cukup ampuh menyedot massa.

Sayang, saat melakukan live report untuk tugas UTS mata kuliah Jurnalistik TV, mahasiswi UMN ini kurang menyempurnakan karyanya dalam sesi pos produksi. Visual liputannya hanya terfokus ke dirinya, dan tidak menampilkan gambar-gambar pendukung seperti pesan yang disampaikan Candy.

Misalnya, saat Candy berkata “pendukung Gerindra membawa atribut bendra”, taka da visual muncul tentang itu. Atau ironis, saat ia menekankan, “Dapat dilihat juga, aparat kepolisian memadati Gelora Bung Karno untuk mengontrol hal-hal yang tak diinginkan,” tapi tak ada tampilan polisi dimaksud. Pun saat menyatakan, “Para pendukung Gerindra sedang dihibur musik dangdut dan para pendukung menggoyangkan badannya…” Tentu laporan langsung ini akan menjadi hidup kalau di layar muncul visual senada.

Catatan lain, saat beralih dari single stand-up Candy menuju ke sesi wawancara dengan Ibu Anita, transisi visualnya tergolong kasar. Begitu pula saat berpindah ke closing, usai Anita menjawab, “Mengapa pilih Gerindra? Ikut suami. Kata suami pilih Gerindra.”

Kesan dan Kendala

Meski garapannya masih jauh dari sempurna, toh Candy merasa banyak hal baru yang dipelajarinya dari meliput Partai Gerindradi hari kedelapan kampanye. “Seperti bagaimana cara berbicara dan fokus ke kamera di bawah matahari yang terik dan suara riuh para simpatisan,” paparnya.

Candy memaparkan, salah satu tantangannya yakni bagaimana melobi simpatisan untuk mau diwawancara, karena sudah beberapa kali ia ditolak oleh para simpatisan dengan alasan malu, dan ada yang malas menjawab. Akhirnya ia berhasil, meski perbincangan dengan Anita juga jauh dari optimal. “Tetapi saya akan terus belajar, karena bidang jurnalistik adalah passion saya dan saya ingin untuk bekerja dan bertumbuh di sana,” ungkap Candy.

Leave a Reply

Your email address will not be published.