Dalam kampanye akbar lalu, simpatisan Partai Gerindra menanti apa orasi yang akan disampaikan Prabowo Subianto. Kini, mereka juga cemas, akan ke arah mana Prabowo dan Gerindra mencari mitra untuk berporos.
Pada liputan stand-up kampanye, salah satu jurus jitu untuk menambah durasi dan isi yakni dengan mengajak wawancara narasumber. Siapapun itu yang diajak bicara live. Bisa tokoh, bisa juga rakyat biasa yang terlibat di acara besar itu.
Kiat ini juga dipakai Rut Helga saat meliput kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ia memilih meminta pendapat Samuel, pendukung Partai Gerindra dari kawasan Jakarta Timur, yang siang itu tengah menanti acara puncak kampanye partai berlambang kepala garuda.
Kelemahan liputan ini, standar, tak beda dengan lainnya. Tak adanya CG untuk menerangkan topik pembicaraan. Juga lemahnya angle (miskin stok visual) pengambilan gambar, yang seharusnya –jika banyak stok gambar yang diambil- bisa dipakai sebagai insert di antara 1 menit 20 detik durasi live Rut.
Persoalan lain, Rut harus memperhatikan kontak matanya saat berbicara dengan narasumber. Dengan pandangan mata terfokus kepada narasumber (alih-alih memikirkan apa pertanyaan selanjutnya, misalnya) maka narasumber akan member respek lebih. Selain itu, pemirsa juga akan melihat sisi kepercayaan diri dari reporter.
Satu catatan lagi, sebaiknya pewawancara tidak menggunakan “pertanyaan tertutup” yang cenderung membuat penanya memberi jawaban “ya”, “tidak”, atau keterangan yang mudah ditebak arahnya. Perhatikan pertanyaan “Ke sini bersemangat nggak nih nonton Prabowo, dia mau ngomong apa, mau pidato apa?”, yang tentu saja dijawab narasumbernya dengan kalimat, “Ya, saya bersemangat mendengar pidatop Pak Prabowo mengenai visi dan misinya.” Bandingkan, jika ia bertanya dengan kalimat lain, misal, “Apa pidato Prabowo yang paling Anda tunggu dalam kampanye ini?”
Menyesal tak turun ke panggung kampanye
Rut melakukan liputan dengan menggunakan kamera Canon 650D, dengan bantuan Eunike Olivia Ambarita sebagai cameraperson. “Tidak mudah untuk melakukan wawancara dengan pendukung Gerindra yang ada di sana. Saya tidak tahu latar belakang pengunjung sehingga tidak bisa menerka harus melakukan pendekatan dengan cara apa,” kisahnya.
Rut mengaku gugup saat pertama kali melakukan stand up. “Saya belum terbiasa berbicara di depan kamera. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya saya berhasil,” ungkapnya. Meski demikian, ia sedikit kecewa karena tidak mendengarkan kata hatinya sendiri. “Menyesal tak memilih stand-up di bawah, di rumput lapangan tempat panggung kampanye,” kenangnya.
Menyaksikan hasil liputannya sendiri, Rut merasa geli karena aksen atau gaya bicaranya terkesan banget medok Jawa. “Saya sedikit terkejut ketika tahu hal ini,” kata Rut. Toh demikian, ia merasa liputan langsung di even besar membuatnya percaya diri dan memiliki pengalaman baru dalam perjalanan hidupnya.
0 Replies to “Mereka Menanti Langkah Prabowo”