Berbeda dengan yang lain, Ardyan Endardo melakukan live report kampanye dalam ruangan. Penuh eksperimentasi, tapi kurang eksplorasi.
Melakukan liputan langsung secara indoor, menjadi pembeda Ardyan dibanding kawan-kawannya. Meliput kampanye Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di dalam Istana Olahraga atau Istora Senayan, Ardyan mencoba memaparkan bagaimana suasana di belakangnya.
Penuh eksperimen, mencoba sesuatu yang baru. Sayang, ketahanannya belum teruji. Livenya hanya tahan setengah menit. Pun tanpa CG, serta visual pendukung yang pas. Bakal beda ceritanya kalau ada visual Dorce Gamalama bernyanyi, bersiap, atau memegang atribut PKPI. Juga, kalau saja Ardyan mencoba mewawancarai salah seorang simpatisan partai pecahan Golkar itu.
Cerita liputan
Edo –panggilan akrab Ardyan Endardo- mengaku terlalu pagi datang ke lokasi. “Sesuai jadwal kampanye PKPI seharusnya dimulai pukul 9 pagi. Saya datang 8.30, sama sekali tak ada tanda-tanda kampanye,” kisahnya. Edo kemudian mendapat informasi dari petugas keamanan, acara kampanye diundur tengah hari usai Shalat Jum’at.
Dalam proses liputannya, Edo menggunakan kamera SLR Canon EOS 100D dibantu tripod sebagai alat penopang kamera untuk membantunya mengambil gambar dengan stabil. “Ini merupakan pengalaman pertama saya meliput kegiatan politik. Sangat mengesankan,” ujarnya.
Come on, Edo, tingkatkan eksperimenmu. Modal percaya diri sudah di tangan.