Kehadiran jurnalis televisi di lokasi liputan amat penting, tapi berada di lokasi saja belum bisa dibilang cukup.
Prahara Galih Kusumawardhana berdiri di pelataran Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ia menegaskan menjadi saksi berlangsungnya kampanye Partai Hati Nurani Rakyat di stadion termegah yang dimiliki Indonesia dan berdiri pada 1962 itu.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=wpNA1oL8u0k]
Sayang, berada di lokasi liputan saja belum cukup. Karena Galih hadir di TKP (tempat kejadian pertama) bukan hanya sebagai penanda bahwa ia bisa ‘foto’ di lokasi bersejarah. Tapi, seharusnya ia memotret suasana yang dinarasikannya dalam visual yang representatif. Mewakili.
Galih bercerita tentang Hary Tanoe dan Wiranto masuk ke lokasi kampanye dengan menggunakan becak. Galih berkisah ada 40 ribu simpatisan Hanura yang hadir. Galih menyebut ada artis-artis papan atas di lokasi kampanye. Galih memaparkan, ada pembukaan poster Hanura berukuran raksasa. Semua menjadi cerita. Tapi, semua tak ada visual nyatanya.
Pelajaran pentingnya, Lih, televisi adalah media yang bercerita dengan menunjukkan visual. Gambar. Narasi penting, tapi gambar bergerak akan mewakili semuanya.