Ada tiga selebritas hadir di ‘Kompas Malam’. Temanya, membahas maraknya artis mendukung dua kubu calon presiden.
Hari ini, Jum’at (13/6), termasuk salah satu program ‘Kompas Malam’ yang cukup menyita energi dan pikiran, hingga menit-menit akhir jelang show. Thank’s God, Semesta Mendukung, akhirnya lancar hingga ‘show’ kelar.
Kami sepakat mengangkat tema soft, ringan-ringan saja. Bagaimana artis-artis mulai terkutub ke dua poros capres. Ada yang mendeklarasikan dukungan ke Prabowo-Hatta Rajasa di Rumah Polonia, Jakarta Timur. Ada pula yang menggelar ‘Konser Revolusi Harmoni’ Pro Jokowi-JK di Parkir Timur Senayan.
Mencari-cari nama siapa saja yang terlibat ‘Revolusi Harmoni untuk Revolusi Mental’, tertujulah nama Oppie Andaresta. Siang hari, penyanyi balada ini sudah memberikan sinyal deal untuk tampil. Syaratnya, ia tak mau dikonfrontasikan dengan artis pendukung capres lain. “Saya bukan tim sukses, saya juga tak mau debat-debatan. Kami mendukung Revolusi Harmoni secara sukarela, tanpa bayaran,” kata perempuan yang melejit saat mendendangkan ‘Cuma Khayalan’ itu. Oppie bersedia hadir dan menyanyi ‘Salam Dua Jari’ asal tampil dalam segmen tersendiri.
Sebagai juru tengah, terlintas nama Pong Harjatmo. Artis senior ini terkenal dengan aksi kontroversialnya, seperti menaiki gedung kura-kura DPR, berunjukrasa di sela Rakornas Partai Demokrat di Sentul, menggantung boneka tikus di KPK, mendukung pembacok jaksa di Pengadilan Negeri Bandung, dan mensupport pedagang asongan Stasiun Madiun yang digusur PT KAI.
Sebelum memastikan kehadiran Pong, saya melakukan pre-interview, “Mas Pong ada di pihak capres mana?” Setelah yakin pria kelahiran Solo 71 tahun lalu itu netral, bungkus, kesepakatan mendatangkannya pun bulat.
Sementara pesohor dari kubu Prabowo-Hatta, sampai bakda Salat Jum’at tak ada satu pun yang deal. Jaja Miharja ada di Sukabumi, Eko Patrio rapat DPR di Bekasi. Sementara baik Desy Ratnasari, Lucky Hakim, Hengky Kurniawan, dan Derry Drajat semua syuting sinetron. Menghubungi Anang Hermansyah ternyata anggota DPR terpilih itu sedang ada di Jawa Timur.
Bertemu legend
Datang ke kantor sore hari, masalah baru muncul. Dalam rapat rundown Kompas Malam, kawan-kawan produser tak sepakat jika Oppie tampil dalam kesempatan terpisah. “Tak adil kesannya,” ungkap mereka. Mencoba menyampaikan itu ke Oppie, ia maklum. Pelantun “I Am Single, I Am Very Happy” ini menyodorkan nama J-Flow sebagai alternatif. Tak lupa, Oppie pun berkirim pesan pendek berisi tautan youtube klip ‘Salam Dua Jari’ .
Melalui diskusi dengan J-Flow lewat telepon, akhirnya tim ‘Revolusi Harmoni’ mengutus Adi Adrian, musisi anggota KLa Project, hadir ke Kompas TV mewakili artis kubu Jokowi. “Wah, ketemu legend nih,” batinku, sebagai KLanis sejak usia remaja.
Dari pihak sebelah, sore itu, Ikang Fawzi memberi sinyal hadir, di tengah kesibukannya sebagai pebisnis properti. Meski kemudian, dua jam sebelum show, politisi Partai Amanat Nasional ini sempat membatalkan kehadiran karena “masih sibuk bekerja”. Syukurlah, dengan sedikit lobby-lobby, Ikang kembali menyanggupi datang.
Dipandu Cindy Sistyarani, dialog berlangsung cair. Apalagi, kehadiran Pong membuat show menjadi lebih hidup. “Saya anak diplomat, tahu rasanya bagaimana Indonesia tak dihargai di mata internasional. Inilah saatnya Indonesia menjadi Macan Asia,” kata Ikang, putera Fawzi Abdulrani, diplomat karir yang pernah menjabat Duta Besar RI untuk Pakistan.
Sebaliknya Adi Adrian berpendapat, Joko Widodo merupakan jawaban nyata dari reformasi. “Pileg kemarin kelihatan sekali, partai yang korup mendapat hukuman dari masyarakat. Reformasi telah memberi kedaulatan bagi rakyat, dan kini reformasi telah melahirkan pemimpin baru bagi rakyat,” papar pria yang kelihatannya pendiam, tapi ternyata amat melek politik ini.
Kedua pesohor ini tegas menolak kampanye hitam sebagai upaya pemenangan capres. “Saya pribadi sedih. Apa yang bisa berubah dengan memaki orang lain? Dosanya nambah, hidupnya tetap susah, malah jadi looser,” kata Ikang. Begitupula Adi Adrian, “Kita berekspresi, kita punya jagoan, bahwa kita ada perbedaan, tak ada masalah. Ini pesta demokrasi.”
Di simpulan, Pong Harjatmo mengingatkan, kampanye dengan menjelek-jelekkan lawan menunjukkan bahwa nasionalisme bangsa kita masih sangat tipis. Ia mengingatkan, siapapun presiden terpilih 9 Juli nanti, persatuan Indonesia harus tetap menjadi pemenang sesungguhnya. “Ini adalah momen untuk menunjukkan bahwa persatuan negara kita itu sangat kuat, tak bisa dipecah belah. Jangan sampai kita menjadi seperti Uni Soviet,” ungkap ator yang antara lain pernah bermain di ‘Bernafas dalam Lumpur’ (1970) dan ‘Janur Kuning’ (1979) ini.