Christina Aling mencoba membawa pemirsa bergerak mengikuti arah langkahnya. Sayang, endingnya kasar.
Beberapa catatan menarik dari liputan Aling ini, antara lain bagaimana ia berani menampilkan diri di tengah kerasnya suara orator alias juru kampanye PDI Perjuangan. Atmosfer yang terlalu kencang sempat terasa mengganggu, tapi bisa memberi arti tersendiri bagi liputan.
Selanjutnya, Aling berjaln –moving- menuju salah seorang narasumber yang telah dipersiapkannya. Loyalis PDI Perjuangan ini, tak disebutkan namanya, sebenarnya memberi jawaban menarik, secara dia merupakan keluarga yang secara turun-menurun pemilih ‘Banteng’. Sayang, topi khasnya justru kurang memperelok suasana, karena wajahnya jadi tak nampak jelas.
Salah satu masalah lain, yakni saat closing liputannya terpotong. Nampak kasar dibuatnya.
Kendala liputan
Aling mengaku mengalami beberapa kendala saat liputan kampanye ini. “Jadwal kampanye tak pasti, lagipula transportasi menuju lokasi sulit,” katanya. Toh, ia sangat bersemangat, karena ini merupakan pertama kali Aling meliput kampanye
“Senang karena langsung melihat proses peliputan dari beberapa media. Seperti Antara, NetTv, dan lain sebagainya. Juga merasakan bagaima mencari narasumber untuk diwawancarai, serta antusiasme para partisipan dalam mengikuti kampanye berlangsung,” paparnya.
Dalam proses peliputan, Christina Aling merekam gambar menggunakan kamera DSLR sementara perekaman audio menggunakan handphone.