Suara Prabowo Subianto menggelegar hanya dijadikan atmosfer, tapi tak nampak visual dan kutipan utama.
Dalam sebuah liputan, seorang reporter harus menyadari, apa ‘daging’ atau jualan utama yang membuat liputannya memiliki nilai lebih dibandingkan karya kawan-kawannya. Apakah momen istimewanya, visual eksklusif, jalan cerita yang menarik, narasumber VIP, dan lain-lain.
Liputan Sarah Nafisah tak menyadari kekuatan besar pada karyanya. Ia mendapat Prabowo berpidato amat lantang, tapi Sarah hanya menyebut sekilas bahwa . “Tepat di belakang saya, Ketua Dewan Prabowo Subianto sedang menyampakan orasinya…” Tak ada gambar wajah, mimik, dan sosok Prabowo sedang berorasi nan penuh semangat. Kurang pas juga –atas nama kesejajaran pewarta dan narasumber- saat ia menyebut kata ‘Bapak Prabowo Subianto’.
Kelemahan lain saat Sarah tak menyertakan visual sesuai dengan narasinya. Disebutnya ada Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hadir di sana. Juga Luna Maya, Rafi Ahmad serta Denny dan Narji Cagur. Pun, tak perlulah disebut kampanye PKS sepekan sebelumnya mengambil tempat yang sama, kecuali jika ada visual kampanye yang dimaksud.
Akses mudah liputan kampanye
Sarah merekam liputan Partai Gerakan Indonesia Raya menggunakan kamera Nikon D5100 berlensa Tamron 18-200mm serta Samsung GT-I9512 sebagai alat rekam suara.
“Proses liputan kampanye bisa dibilang mudah, karena yang saya datangi merupakan kampanye terbuka. Jadi, saya dengan mudah mendapat akses masuk ke Gelora Bung Karno,” ungkap Sarah. Kendala yang dihadapinya hanya suara bising yang datang dari sound system. “Sehingga, saya harus memacu suara saya agar dapat mengalahkan pengeras suara itu,” kisahnya.
Pengalaman menarik didapatnya, ketika Sarah harus bergabung bersama para partisipan di lapangan, dan terjadi sedikit rusuh akibat digratiskannya makanan pedagang kaki lima oleh Prabowo.
0 Replies to “Tak Menyadari Kekuatan Show Besar”