Punya banyak belanjaan visual, sayang durasi paketnya kurang optimal.
Henry Fadhillah sebenarnya banyak mendapatkan gambar-gambar cantik dalam liputan ini. Sayang, ia kurang mengeskplore visual nan langka itu. Misalnya saat reog-yang disebutnya sebagai barong- ikut dalam unjuk rasa Hari Buruh. Juga aksi teatrikal buruh yang bersusah-payah berjalan dengan beban nan amat berat membelenggu kaki mereka. Seharusnya, Henry bisa banyak memaksimalkan gambar-gambar itu lebih lama, atau mungkin ber-LOT di depan latar nan amat dahsyat.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=EaatmjpDkaM]
Secara umum, kreativitasnya amat luar biasa. Bumper pembuka yang disertai count down time, misalnya. Sedikit kelemahan ada pada gambar pembuka yang tampak goyah. Namun, sayang, dengan amunisi/belanjaan visual begitu banyak, Henry hanya menghasilkan paket liputan 2 menit 13 detik.
Padahal, jika gambar-gambar itu lebih banyak dimainkan pada atmosfir dan ‘natural sound’-nya –roll saja suara-suara orasi, misalnya- bisa menjadi daya tarik tersendiri. Selain menambah durasi jadi minimal 3 menit tentunya. Paket yang terlalu panjang bisa membuat orang bosan. Tapi, jika punya banyak ‘daging’, tapi hanya keluar sangat singkat, tentu saja pekerjaan keras itu terasa mubazir.
Dioper narasumber
Berangkat liputan pukul 7 pagi, Henry efektif melakukan semua proses reportase dari pukul 9 pagi hingga 1 siang. “Sangat melelahkan, tetapi cukup berkesan, karena dengan liputan di lapangan, kita dapat mengetahui apa saja yang diperlukan ketika kita akan bekerja untuk meliput,” tegasnya.
Ia pun merasa banyak mendapatkan pelajaran nyata, seperti mencari angle yang bagus, bertarung dengan cuaca, mengetahui apa saja yang buruh harapkan, mendapatkan pengalaman baru dalam meliput acara besar seperti May Day, dan mengetahui seberapa penting May Day bagi para buruh.
Untuk melakukan liputan, Henry menggunakan kamera Canon EOS 60D, baterai Alkaline 6 buah, tripod, dan handphone untuk merekam suara. Kendala yang Henry hadapi saat melakukan liputan antara lain cuaca yang sangat panas, dan orang yang yang sangat ramai. “Yang paling tidak mengenakkan, ketika ingin mewawancarai narasumber dioper ke lima orang dari serikat yang berbeda, dengan alasan ia tidak mengetahui apa yang harus dibicarakan dan mereka malu,” kenangnya.