Jurnalis dituntut akurat dalam berbagai hal. Termasuk yang menyangkut penyebutan lokasi sebuah peristiwa.
Jason terpeleset di kalimat pertamanya. “Selamat Siang, Saudara, saya Jason Leonardo melaporkan dari Bundaran HI, Jakarta Barat”. Bundaran Hotel Indonesia, yang sering disebut sebagai titik nolnya ibukota, berada di Jakarta Pusat dan bukan Jakarta Barat. Ia keliru dalam penyebutan keterangan lokasi, dan sangat fatal bagi orang yang tahu di mana lokasi tersebut, serta ‘menyesatkan’ bagi orang yang tak paham peta Jakarta. Untuk netral, sebenarnya cukuplah Jason menyebut ‘Bundaran HI, Jakarta’.
Catatan lain, untuk sebuah effort yang besar: waktu liputan momen istimewa, peralatan khusus, dan upaya besar hadir di lokasi unjuk rasa, hasil liputan hanya 44 detik sangat disayangkan. Seharusnya, Jason bisa memperbanyak insert visual dan menarik narasumber untuk menjadikan liputannya lebih ‘berwarna’. Padahal, gambar awal yang didapatnya, saat Jason on-cam berlatar aksi, perempuan pengunjuk rasa serta orasi kencang bertema ‘perbudakan di zaman modern’ seharusnya bisa menjadi kekuatan tersendiri.
Reporter juga jangan beropini. Saat menyebut, “kontrak dan outsourcing harus dihapuskan dari negeri ini,” sebaiknya Jason menyebut, dari mana kalimat itu diambilnya. Menurut buruh? Buruh siapa? Suara siapakah itu? Dan bukan sebagai reporter yang menyimpulkan sebuah pesan tersendiri.
Kendala liputan
“Kesan peliputan aksi May Day sangat seru, karena menambah pengalaman baru. Tapi saya mengalami rasa takut saat berbicara di tengah orang banyak,” kata Jason. Dengan menggunakan kamera SLR serta microphone, ia mendapat audio visual nyaris tanpa cacat. Hanya saja, “Kendala yang saya alami adalah lupa dengan script yang sudah saya buat,” katanya.
Terkait rasa takut berbicara di tengah orang banyak dan masalah lupa naskah, tak ada lagi solusi selain terus mencoba dan mencoba. Retake dan retake lagi. Di sinilah jam terbang dan latihan akan banyak berbicara.