Liputan feature ini keren, prosesnya panjang, untuk tayang 3 menit 32 detik. Tentu, kesempurnaan yang dicari.
Siang tadi, di kelas mata kuliah Feature Media Siar Universitas Multimedia Nusantara, saya memutar karya salah satu kontributor terbaik KompasTV Davi Abdullah. Davi, jurnalis di Aceh, memerlukan waktu seharian untuk membuat feature ‘Setumpuk Ikan Pulau Banyak’, dari fajar datang hingga malam menjelang.
Jaswadi, nelayan di Pulau Banyak, Aceh Singkil, menjadi sasaran personalisasinya. Dari Jaswadi berangkat dengan perahu sederhana, termasuk proses mencari ikan di perahu dengan alat pendeteksi karang. “Di mana ada karang, di situ ada ikan,” kisahnya. Ada pula adegan Jaswadi gagal mendapatkan ikan, hingga akhirnya setumpuk ikan diperolehnya dan dijual ke keramba Dedi sang agen ikan. Ada nyanyian sukacita mengakhiri pekerjaan seharian Jaswadi.
Saat saya lemparkan pertanyaan ke mahasiswa, apa keistimewaan feature ini, jawabannya beragam: prosesnya panjang, gambarnya bagus, visualnya komplet, tetap stabil saat take di perahu goyang, ada detail shot, serta timelapse yang memberi warna.
Untuk karya jurnalistik televisi, apa yang dipersembahkan Davi layak menjadi contoh. Menjadi jurnalis media audio visual tak ubahnya pekerja seni, meski untuk liputan mengikuti nelayan seharian atau ambil gambar ricuh demo lima belas menit, seorang kontributor dibayar dengan rate sama, tapi kesempurnaan dan kepuasannya tentu beda.
Maju terus kontributor televisi, pekerja seni yang semoga lekas dihargai tinggi…