Liverpool mencatat histori buruk dalam 4 pertandingan terakhirnya di semua kompetisi “LLLL”. Empat kali kalah dari Newcastle, Real Madrid, Chelsea, dan Crystal Palace. Percaya ada faktor di luar sepakbola yang mempengaruhinya?

Terlalu konyol memang mengaitkan hal-hal di luar sepakbola dengan kisah tragis yang kini menimpa Liverpool Football Club. Tapi, pernahkah Anda percaya, kalau dalam kehidupan Anda, sekian persen kesuksesan –bahkan bisa jadi persentase dominan- ditentukan oleh yang namanya KEBERUNTUNGAN?
Terlalu naif memang mengatakan faktor lucky dan kemujuran menjadi pemegang kunci kesuksesan kita. Bahwa seseorang membanggakan karirnya begitu cemerlang karena di garis-garis tangannya terbaca goresan “M” besar, tak lain artinya: MUJUR. Mujur, bukan semata didapat taken for granted, tapi juga karena hal-hal baik yang kita buat. Doa dan hal baik mendatangkan hal baik. Kejahatan dan hal buruk membuahkan kesialan. Percaya?
Ini mungkin sudah tingkat frustrasi kelas dewa saat melihat perjalanan Liverpool musim ini. Dari 12 pertandingan awal di Liga Inggris, separuh di antaranya berakhir dengan kekalahan. Faktor teknis? Panjang mendebatkannya. Tapi, apakah tidak bisa disebut kesialan Brendan Rodgers, saat musim ketiga manajer Liverpool itu diisi catatan buruk cedera pemain terpentingnya: Daniel Sturridge?

Pencetak gol terbanyak kedua Liverpool di musim lalu itu –setelah sang top skor pindah ke Liga Spanyol- hanya main di tiga pertandingan perdana melawan Sotton, Manchester City, dan Spurs. Sisanya masuk ruang perawatan. Ototnya ketarik membuat Stu absen 37 hari sejak 8 September hingga 15 Oktober. Enam laga BPL dilewatinya akibat cedera yang dialami saat latihan membela timnas Inggris.
Belum sempat main lagi, 16 Oktober hingga 17 November Stu cedera betis. Nah, saat dinyatakan fit untuk urusan betis, 18 November kembali Sturridge mengalami masalah dengan ototnya yang lain, dan harus menepi setidaknya sampai awal tahun baru. Dalam kondisi terus kehilangan penyerang utama seperti ini, apa tidak bisa dibilang Rodgers bernasib sial?
Kualat karena meninggalkan isteri?

Susah untuk mengomentari kehidupan pribadi orang. Tapi keputusan pelatih berusia 41 tahun itu untuk meninggalkan Susan, isteri yang dinikahinya selama 13 tahun dan memberi dua anak, lalu berpaling ke perempuan muda menimbulkan pertanyaan iseng, “Jangan-jangan affairs ini berdampak ke melorotnya penampilan Liverpool?“
Charlotte Hind, 31 tahun, janda satu anak yang menjadi selingkuhan Rodgers, sebelumnya juga bekerja di klub Liverpool, tepatnya sebagai travel coordinator. Aturan tegas manajemen yang melarang sesama karyawan menjalin hubungan cinta membuat Hind akhirnya keluar dari pekerjaannya. Charlotte Hind, lebih muda dan langsing, berbeda dengan Susan, yang nampak makin bongsor setelah kedua anaknya beranjak dewasa, termasuk si sulung, Anton Rodgers, yang kini bermain sebagai gelandang Swindon Town.
Hmmm.. benarkah kutukan rumah tangga Rodgers ini menjabanin The Reds sehingga tampil begitu berantakan?

Susah menjelaskan secara rasional. Hanya saja, beberapa pelatih Liverpool yang tergolong cukup sukses terkenal memiliki urusan rumahtangga yang baik. Bill Shankly loyal sampai mati dengan Nessie, Kenny Dalglish hidup harmonis bersama Marina, pun Rafael Benitez –yang disebut bakal kembali ke Liverpool kalau Rodgers dipecat- setia kepada Maria de Montserrat yang dinikahinya 16 tahun silam.
Jadi, pesan moral di malam yang penuh keputusasaan ini adalah: jika ingin hidupmu sukses dan mujur, jauh-jauhlah dari masalah kebejatan moral…