Dua tahun berkutat menjadi produser dialog KompasTV, banyak cerita bisa dibagi. Ini tentang bagaimana saat seorang produser dialog harus memberitahukan kepada narasumber penting yang sebenarnya sudah deal, bahwa sang tamu tak jadi tampil di televisi.
Seorang senior di dunia produser dialog alias guestbooker, ibarat belajar di kampus, mata kuliah manajemen pembatalan narasumber memiliki tantangan, nilai, sekaligus bobot poin amat tinggi, yakni mencapai 6 SK. Bab satu ini masuk kategori tingkat kesulitan tinggi, karena mempertaruhkan hubungan baik kantor dan kedekatan personal, reputasi, serta keahlian lobby bagaimana berhadapan dengan tokoh besar, tanpa membuatnya tersinggung. Tak salah, kalau sukses, nilai yang diraih pun cukup tinggi.
Terakhir kali mengatasi kasus ini, beberapa bulan lalu. Menjelang kenaikan harga BBM dan kompleksitas persoalan minyak dan gas, produser meminta menghubungi seorang pemerhati ekonomi dan ahli masalah energi. Karena sudah cukup akrab, biasalah mengundang narasumber lewat percakapan telepon pintar (Blackberry Messenger). Deal, mantan anggota DPR itu bersedia hadir di dialog satu atau dua segmen di Kompas Petang, antara pukul 17.00-18.30 WIB.
Petaka besar terjadi, saat program sudah on-air, ada instruksi dari bos, kalau narasumber itu tak usah tampil. Ada alasan teknis dan non-teknis. Widih, bagaimana cara membatalkannya, sementara beliau sudah berada di dalam mobil jemputan? Tak ada seorangpun dari mereka yang berinisiatif membatalkan narasumber berani bicara langsung dengan sang tokoh.
Waktu terus merambat. Telepon seluler saya ambil dan sekali pencet, keluarlah sapaan akrabnya, “Iya, Jo… sudah di mobil nih. Sampai di Pancoran…” Tergagap-gagap, saya sampaikan maksud sebenarnya, membatalkan penampilannya beberapa menit lagi. “Jadi, batal nih? Saya alik saja? Gak apa-apa, sih. Tapi sebenarnya, untuk ke sini ini, saya sudah membatalkan dengan teve lain. Saya gak mau lagi ah, kalau kayak gini.” Dang, telepon ditutup.
Saking bingungnya, pengemudi mobil kami sampai menelepon sekretariat redaksi. Benarkah penjemputan beliau dibatalkan, dan mereka harus kembali ke rumah sang narasumber.
Merajut rekonsiliasi
Acara lancar-lancar saja di studio. Program berjalan mulus tanpa narasumber yang digagalkan tampil. Tapi, memilih menyepi di kamar istirahat di samping newsroom, saya berpikir keras, bagaimana cara memperbaiki hubungan dengan beliau ini.
Di kali lain, pernah juga membatalkan janji dengan narasumber. Saat itu, ramai ada topik guru besar yang kedapatan menggunakan sabu alias narkoba di Makassar. Bermaksud meminta pertanggungjawaban pemerintah, seorang pejabat Direktorat Pendidikan Tinggi dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sudah deal hadir ke studio untuk Kompas Malam 21.00-22.00 WIB.
Dua jam menjelang program tayang, berdengung kencang berita, bahwa Presiden Joko Widodo akan mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada malam itu. Setelah rencana itu terkonfirmasi, tapi beritanya masih harus diembargo sampai 21.00, saya pun menelepon pejaat Dikti dan memberitahukan kalau beliau batal menjadi narasumber live, karena acara akan berganti Breaking News kenaikan harga BBM. Bukannya marah, meliau fine saja dengan kondisi ini. Bisa pulang cepat ke rumah, tanpa terbebani menjelaskan soal aib di kementeriannya.
Bagaimana jawaban cara merekonsiliasi hubungan dengan narasumber pertama tadi, sang ekonom yang terkenal vokal dan suaranya kencang di layar? Sore hari menelang matahari terbenam, tiga hari kemudian, saya duduk di ruang tamu rumahnya di kawasan Tebet. Kami tertawa terbahak-bahak mengenai beragam isu, ditemani teh hangat dan kue kering sebagai kudapan.
Ada nafas lega tertarik di sana…