Di antara maraknya tayangan kuliner dari Kota Hujan, dua sahabat ini layak menjadi alternatif. Disajikan dalam konsep cerita menarik dan kaya ‘element of surprise’.
Egan dan Ateng, begitu nama mereka. Tinggal di Tangerang, dijuluki duo gempal karena posturnya yang mirip, mereka merancang acara berburu kuliner di Bogor. Acungan jempol untuk Angelicha Adonia, Kurnia Boru, Monique Fiolitha, Clarissa Pranata, Gestha Aru, Monica Helena, Adelliana Imawan, Michael Fernando, Robby Setyawan, dan tentu saja Yonathan Egan serta Yehezkiel Filemon yang menjadi sentral cerita.
‘Element of surprise’ menjadi bagian penting dari karya televisi agar pemirsa tidak bosan. Sejak menit pertama, penonton harus dibuat terhenyak dan enggan berpindah kanal. Mulai dari adegan berebut kamar mandi, lalu cuplikan behind the scene di awal program, hingga suara klik-klik saat mereka sedang berpikir, menjadikan program ini memiliki stimulus tersendiri untuk diikuti.
Candaan-candaan mereka juga asyik. Seputar apa arti ‘Saung Ewok’ sampai kertas petunjuk, tulisan di tisue, sampai lemparan botol air mineral sebagai clue untuk menuju lokasi-lokasi selanjutnya. Benar-benar ‘element of surprise’ yang membangun kekuatan show. Visual detail makanan –yang menjadi ‘daging’ utama tayangan ini- menjadi jualan tersendiri.
Sebenarnya, pemilihan bumper dengan animasi gambar muka duo sahabat ini menjadi nilai plus. Menjadi pertanyaan, mengapa bumper itu terlalu sering dikeluarkan? Normalnya, untuk paket televisi 30 menit, jeda komersial hanya ada dua kali, sebagai pemisah antara segmen pertama ke kedua, dan segmen kedua menuju terakhir. Tulisan-tulisan (CG) dengan font yang unik sebagai penjelas nama menu menjadikan kredit poin tersendiri. Pujian juga dilayangkan, karena mereka ‘menghormati’ hak cipta dengan menuliskan judul lagu dan siapa mempopulerkan musik latar yang sedang dipakai. Meski tak semua lagu, sih…
Satu lagi, perhatikan grammar ya, apalagi kalau dibuat CG. ‘Mission Complete’, seharusnya ditulis dengan ‘Mission Completed’. Kalau soal ilmu atau urusan akademis seperti aturan Bahasa Inggris macam begini, tentu tak bisa masuk ke disclaimer ’The commentaries and information from Egan and Ateng may be innacurate’ toh…
Anyhow, pesan moral dari karya ‘Dugem’ ini: rajin-rajinlah memikirkan, apa unsur kejutan yang dapat membuat pemirsa tertahan menyaksikan karya jurnalistik televisi Anda!