Tampaknya anggota kelompok ini pemirsa setia dan penggemar program news di Berita Satu TV.
Ini tentang evaluasi tugas kelompok Ujian Tengah Semester mahasiswa peserta mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Terbagi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang, mereka harus membuat portofolio berupa project liputan, dikemas dalam bentuk package, lengkap dengan laporan live dari lapangan ke studio.
Pilihan eventnya: liputan semarak konser One Direction atau keramaian menjelang laga timnas sepakbola U-23 di kualifikasi Piala AFC. Kedua peristiwa yang menyedot antusiasme massa itu berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Berdurasi 5 menit 12 detik Levita Rachel, Lita Arny, dan Winda Priscillia Lee membuka paket beritanya dengan cuplikan youtube berisi klip One Direction serta latar belakang tur ke 80 negara, termasuk Indonesia. Mereka mengemas dalam ‘Berita Pagi’ dengan konsep pementasan One Direction terjadi pada malam sebelumnya.
Kelemahan awal tampak karena berita ini ‘di-set’ sebagai berita pagi, tetapi Winda hadir dalam live on tape (LOT) menceritakan suasana keramaian penonton pada siang hari sebelum pertunjukan (model seperti ini harusnya tampil pada berita siang atau at late petang hari sebelum show). Jeda waktu terlalu lama antara LOT dengan penayangan berita pada keesokan harinya menjadikan materi kurang relevan.
Masukan lain, saat Winda menyampaikan materinya, insert visual amat minim. Saat ia menyatakan hujan sempat turun di kawasan GBK misalnya, tak ada gambar menunjukkan situasi itu. Untuk ukuran LOT yang cukup panjang, sebaiknya ada insert visual di sela-sela Winda nyerocos menyampaikan informasi terkini.
Selebihnya, paket liputan seusai PTC layak diacungi jempol. Gambarnya tajam, serta memiliki cerita menarik. Misalnya gambar panitia menyematkan gelang penanda bagi penonton, serta persiapan Directioners yang membawa jas hujan maupun payung. Narasumber yang diwawancarai pun ‘berkelas’, di antaranya Sylvie, seorang Directioners negeri jiran. Intercut dua pemudi berpayung diikuti orangtua yang nampak di antara kerumunan pengantre menjadi pemikat tersendiri, meski sangat disayangkan muncul ‘black flash’ sampai dua kali, sebagai jeda sebelum SOT (sound of tape) Maria, salah seorang ibu di GBK, dan klip terkait Zayn Malik.
Sebagai closing, video suasana dalam stadion menjadi ‘jualan’ tersendiri kelompok ini –tentunya gambar diambil sendiri, bukan dari sumber lain, toh? Tampaknya kalau dilihat dari kualitas gambar yang banyak goyangnya sih demikian, hehe…
Kendala liputan
Dalam mengerjakan tayangan yang formatnya amat mirip dengan news bulletin di Berita Satu TV ini, trio Levita, Lita dan Winda mengaku, kesulitan yang dihadapi yakni suasana di GBK tidak sesuai dengan prediksi. Awalnya mereka ingin mengambil gambar sekolompok Directioners yang menyerukan yel-yel. “Tetapi hujan yang mengguyur pada saat itu dan banyaknya Directioners yang sibuk membuat perencanaan awal gagal,” kisah mereka.
Dengan cepat mereka pun berpikir kembali mengenai konsep liputan. “Kami pun sepakatut memasukan beberapa angle seperti ketidakikutan Zayn Malik, tanggapan orang tua, dan penjual dadakan,” papar Lita.
Masalah lain, hujan yang mengguyur GBK sejak pagi membuat sulit mengambil gambar secara stabil. “Kami juga tidak menggunakan tripod karena banyak orang yang berlalu lalang di sekitar lokasi peliputan,” kata Winda. Nah, ini jelas pelanggaran besar. Nekat tidak memakai tripod, yang sesungguhnya dibawa, taruhannya adalah kualitas gambar kurang memadai.
Selain itu, petugas juga tidak membiarkan orang yang tidak memiliki wristband untuk masuk ke dalam stadion. “Sehingga kami hanya bisa mengambil gambar dari luar,” kata Levita. Beruntung, salah satu dari anggota kelompok ini ada yang menonton konser One Direction, sehingga mereka pun berhasil mendokumentasikan suasana di dalam stadion.
Levi, Lita, dan Winda sepakat, kesan yang mereka dapat dari hasil liputan konser One Direction berupa pengalaman baru dalam proses pencarian berita, terutama dalam liputan event besar. “Walaupun awalnya terlihat ragu-ragu dalam proses liputan, tapi kami memberanikan diri untuk menyesuaikan dengan tempat di sekitar,” papar mereka.
Satu hikmah mereka dapat, “Sebelum pergi liputan siapkan ‘seribu’ konsep, karena situasi di tempat liputan tidak dapat diprediksi.” Selain itu, harus siapkan segala keperluan yang akan dibutuhkan saat proses liputan berlangsung. Bila waktu memungkinkan, lebih baik menyiapkan dahulu surat izin liputan agar dapat meliput sampai ke bagian inti acara.
Well done. Terlepas dari segala kekurangannya, seperti gambar kurang stabil serta minim CG (character generator) dalam proses pasca produksi, karya ini termasuk komplet belanjaannya.