Kelebihan liputan ini karena tak hanya menampilkan situasi terkini, tapi ada konteks yang menyertai berita itu. Ada beberapa kelemahan penting untuk diperbaiki.
Empat orang dalam kelompok ini, Aretyo Jevon Perdana, Rosyana, Yeliana Pricentia dan Sugeng Adji, hadir dalam laga pamungkas kualifikasi Piala AFC U-23 antara timnas sepak bola Indonesia melawan Korea Selatan. Mengerjakan project Ujian Tengah Semester mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara, liputan sepanjang 2 menit 57 detik ini kaya dengan belanjaan visual, yang ditampilkan sesuai narasi beritanya.
Mereka juga melengkapi package ini dengan video youtube saat narasi membangkitkan kemenangan Indonesia melawan Korea Selatan pada laga timnas U-19 setahun sebelumnya. Inilah yang disebut berita yang member konteks, baik secara story maupun visual.
Bukan berarti karya mereka tak ada kekurangan. Saat Yeliana tampil di ‘studio’ dan hendak ‘toss’ ke reporter di lapangan, tak perlu ia menyebut kata ‘saudari’, cukup langsung ke nama Rosyana. Character Generator alias CG atau tulisan yang tampil di layar cukup sering tampil sehingga member konteks berita –kecuali pada paket youtube yang lalai tak ada CG-nya. Sayang, mereka seharusnya tak boleh menyingkat kata ‘Indo’ sebagai kependekan tim nasional ‘Indonesia’. Di luar itu, secara urutan gambar, kepercayaan diri reporter dan presenter serta wawancara narasumber sudah ekselen.
Cerita peliputan
Kelompok ini berkisah, meskipun antusiasme penonton jauh lebih sepi dibandingan partai Indonesia melawan Korsel pada Piala AFC U-19 setahun sebelumnya, kondisi ini masih relatif lebih ramai dibandingkan pertandingan melawan Timor Leste dan Brunei. “Ya.. soalnya kan sekarang Indonesia lawan Korea.. kalau kemarin-kemarin kan ibaratnya kayak lawan anak kecil aja gitu,” kata salah satu pedagang makanan di GBK yang mereka jumpai.
Mereka pun mengakui sempat kesulitan untuk mencari narasumber, terutama ketika pertandingan telah dimulai. Pada narasumber ketiga, kelompok ini merasa pas, karena bertemu seorang suporter yang datang dari Bekasi, dan selalu menonton pertandingan timnas.
Tak mau kehilangan cahaya matahari yang sudah bersiap terbenam, mereka melakukan proses LOT. “Terjadi beberapa kesalahan karena panjangnya kalimat, tulisan yang kurang jelas, hingga nada yang kurang pas,” kata Aretyo, produser merangkap editor. Mereka pun melakukan lebih dari tiga kali take pengambilan gambar saat Rosyana on-cam.
Pengambilan gambar anchor untuk lead live dilakukan di perpustakaan kampus Universitas Multimedia Nusantara. Sebagaimana saat take live reporter di lapangan, untuk pengambilan gambar Yeliana sebagai pembawa acara pun dilakukan hingga beberapa kali, juga karena bergantian ruang dengan kelompok lain yang take di lokasi sama.