Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Televisi: Bahasa Visual, Bahasa Show

Dalam jurnalisme televisi dikenal istilah ‘show it, don’t tell’. Tunjukkan, dan jangan hanya dikatakan…

Bahasa televisi adalah menunjukkan gambar, menyorot aktivitas, dan menampakkan sekuence yang menjelaskan apa yang disampaikan. Menarik saat kelompok Lani Diana, Gilang Gegono, dan Annisa Hardjanti memilih topik side bar alias sisi lain penyelenggaraan konser One Direction.

Dalam tugas sebagai prasyarat Ujian Tengah Semester mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia ini, mereka menunjukkan side bar alias sisi lain penyelenggaraan konser, yakni maraknya penjual merchandise terkait One Direction. Anglen-nya, tentu mereka yang mencoba meraup laba dari event akbar ini.

Dari sisi reporter stand-upper, penampilan Annisa cukup meyakinkan. Tidak terbata-bata dan runtut. Hanya saja, sampai detik keempat puluh tayangan ini, layar hanya menyorot wajahnya, tidak panning atau bergeser, atau menampilkan insert para pedagang yang dimaksud. Visual itu baru muncul di paket yang dibacakan Lani. Mestinya, saat Annisa menyebut ‘aksesoris dan jas hujan’ terkait kondisi cuaca, shoot detail mengarah ke item itu. Atau bisa lebih menarik kalau jas hujan itu dipegangnya langsung, sekaligus sebagai variasi of show nya.

Ada pula istilah dalam berita televisi ‘avoid the list’. Hindarkanlah menyebut daftar, kecuali kita mampu menampilkan visual seperti yang disebut. Saat Annisa menyebut “aksesoris seperti tas, gantungan kunci, tas dan glow stick…” Selayaknya gambar menyorot visual senada. Kesalahan serupa ditunjukkan Lani saat menyebut aneka aksesoris dalam narasi paketnya.

Masih berlanjut. Annisa mewawancarai salah satu Directioners. Namanya, Lukna (tak ada CG menulis namanya secara jelas)? Lukna mengaku membeli wrist band, tapi tak ada show detail dan khusus terhadap barang yang dimaksud. Sampai Annisa mengucapkan terimakasih sebagai penutup wawancara, pemirsa tak mendapat kesempatan menonton souvenir yang konon seharga Rp 80 ribu. Ketika mewawancarai seorang penjual, wajah narasumber juga terus disorot, tapi variasi memamerkan barang dagangan yang katanya bakal diserbu usai konser kelar. Show it, don’t tell, Annisa…

Kesan liputan

Kelompok ini mengaku, ide mengangkat soal penjualan merchandise tergolong dadakan karena hujan yang turun deras menjelang konser. “Kami memutuskan meliput mereka yang menjual dan membeli merchandise itu.  Sedikit masalah saat ada backlighting atau ada orang yang tiba-tiba lewat,” papar Annisa. Meskipun begitu, pada akhirnya kami mereka menyelesaikannya sekitar jam 4 sore.

Kelompok ini menggunakan beberapa peralatan liputan yakni Camcorder Sony HDR CX240E, Kamera DSLR Nikon, Smartphone (untuk merekam suara) dan payung sebagai pelindung.

Gilang berkisah, selama pembuatan peliputan konser One Direction, ada banyak hal yang tim rasakan dan pelajari. Dari pemahaman bagaimana memulai sebuah liputan, melakukan peliputan, hingga masa editing.

“Dalam memulai liputan konser tersebut, kami merasakan bahwa persiapan yang matang dan cepat dalam sebuah peliputan sangat dibutuhkan. Otak kami harus berpikir dengan cepat dan sistematis dalam menyusun rancangan peliputan,” papar Lani, sang produser.

Mereka menguraikan, persiapan yang matang juga tidak hanya terkait pada rancangan peliputan dan eksekusinya di lapangan, tapi juga persiapan menghadapi kondisi tidak terduga. “Cuaca yang tidak menentu, seperti hujan yang mengguyur kala peliputan konser One Direction di Gelora Bung Karno memberikan kami sebuah peringatan untuk sedia payung, jas hujan, dan perlengkapan lainnya untuk meminimalisir waktu yang terbuang cuma-cuma untuk menunggu hujan reda,” ungkapnya.

Selama proses editing, mereka mempelajari beragam evaluasi pengambilan gambar saat mengadakan peliputan. “Penugasan liputan konser One Direction ini menjadi pengalaman berharga bagi tim kami. Dengan terjun di lapangan secara langsung, kami jadi belajar bagaimana Jurnalistik TV sebenarnya dijalankan,” kata Annisa.

Leave a Reply

Your email address will not be published.