Ratusan ribu pengungsi dari Irak, Suriah, Afghanistan dan negara-negara lain di Asia bermigrasi ke Eropa. Mereka melintas Balkan demi Jerman sebagai tujuan. Tiga video liputan Arwa Damon CNN menceritakannya dari tiga perspektif berbeda.
http://www.youtube.com/watch?v=-cgIl7xGc5Y
Hari-hari ini, Eropa sedang dilanda krisis akibat serbuan manusia dari Timur Tengah yang mencoba mencari hajat hidup lebih baik. Mereka korban konflik dan pendudukan ISIS, menyeberang lewat Eropa Timur dan kawasan Mediteranian, menuju negara-negara Eropa Barat yang dirasa bakal memberi nasib lebih baik serta memiliki kebijakan terbuka terhadap migran. Sebenarnya, bagaimana status mereka ini masih dalam perdebatan serius, apakah migrant (orang yang menyeberang negara dan ingin hidup di negara itu), refugees (pengungsi sebagai korban), atau asylum seeker (pencari suaka).
Koresponden senior CNN Arwa Damon meliput mereka langsung dari berbagai titik awal kedatangan para migran ini. Pada video bernuansa hard news, Damon berdiri di Stasiun Budapest Hungaria, saat ribuan migran berjuang menaiki kereta yang akan membawa mereka ke Austria dan Jerman. Sesuai karakter CNN, video ini tak panjang durasinya, hanya 1 menit 44 detik, menggambarkan detik-detik bagaimana para migrant itu akhirnya diperbolehkan naik kereta menuju Eropa Barat. Gambar-gambar detail menjadi keunggulan paket berita ini. Bagaimana mereka berdesakan di kereta, berinteraksi dengan kepanikan para calon penumpang, serta visual kondektur perempuan yang meniup peluit tanda keberangkatan kereta bersejarah itu.
http://www.youtube.com/watch?v=XLeRnvAvSIo
Pada video feature, Arwa Damon ada di pusat kota Belgrade, Serbia. Dari cerita besar tentang migran, Damon hadir dengan personalisasi seorang migran asal Suriah Kurdistan. Pembuka dan penutup video sepanjang 2 menit 35 detik ini mengambil petikan musik serta lagu Kurdi dari pengungsi, yang bercerita kepedihannya meninggalkan kampung halaman. Tak ada set-up berlebihan di sini, kecuali meminta bapak satu anak itu menyanyikan lagu sedih tentang Timur Tengah yang ditinggalkannya. Di tengah-tengahnya, Damon bercerita tentang kisah imigran asal Irak, yang karena alasan keamanan menolak wajahnya tampak di kamera. Selain itu, juga tampil footage perjalanan pengungsi dengan kereta, lengkap dengan situasi sukarelawan Serbia yang mendirikan balai pengobatan bagi mereka.
http://www.youtube.com/watch?v=znrJd3lzRJU
Berduet dengan senior photojournalist alias juru kamera Christian Streib, Damon juga tampil pada video berformat in-depth reporting atau semi investigasi dalam durasi hanya 3 menit. Menggunakan semua effort yang ada, Damon dan tim menyewa perahu karet untuk memvisualkan langsung kedatagan para migran itu di pantai Turki, sebelum mereka menyeberang ke Yunani. Kelebihannya, sebagai reporter, Damon kembali terlihat ‘partisipatif’, ngobrol dengan migran di perahu lain, hingga dengan menyentuh memverbalkan kekalutan mereka, “Help us, help us…” Tampak pula sisi lain mereka sebagai ‘holiday migrants’, seolah berlibur di pantai, dengan Yunani sebagai tujuan ada di pelupuk mata.
Sisi melo tampak pada suasana pengungsi di perbatasan Yunani-Macedonia, diwakili seorang ibu yang baru melahirkan dengan bayinya. ‘Beat’ paket liputan ini terwakili dari teriakan seorang migran yang kecewa karena mereka tetap saja tak terurus dan serba kekurangan, meski sudah berada di benua bernama Eropa. Sisi humanis di akhir liputan ditampilkan dengan ‘dark humour’ saat mewawancarai bocah sembilan tahun di Szeged, Hungaria. Anak asal Raqqa, kota yang sering disebut sebagai ‘ibukota’ ISIS itu berseloroh, “Saya ekstrimis lho…”
Arwa Damon
Arwa Damon, koresponden senior CNN, sehari-hari berbasis di Istanbul, Turki. Penerima berbagai penghargaan internasional ini memang dikenal sebagai spesialis untuk isu-isu terkait Timur Tengah. Sebelum menjadi koresponden Biro Turki, Damon mengawali karirnya di Biro Baghdad dan Beirut. Sebelum bergabung dengan CNN, jurnalis kelahiran 1977 ini menjadi produser freelance untuk berbagai institusi media berita, termasuk bekerja bagi Feature Story News (PBS) dan CNN.
Lahir di Boston namun menghabiskan masa kecil di Maroko dan Turki, Damon memiliki dua gelar dari Skidmore College di New York, yakni untuk Sastra Perancis dan Biologi. Perempuan yang fasih berbicara dalam Bahasa Arab, Turki, dan Perancis ini merupakan cucu dari Muhsin al-Barazi, mantan perdana menteri Suriah, yang dieksekusi pada kudeta militer 1949.