JAKARTA– Pemerintah bersiap mengubah program pemberian beras untuk rakyat miskin (raskin) menjadi voucher pangan yang akan disampaikan langsung kepada rumah tangga sasaran. Program yang rencananya dimulai pada awal 2017 ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Juli lalu.
Harapan Presiden, penggunaan voucher pangan memungkinkan rakyat yang belum sejahtera untuk memiliki lebih banyak pilihan membeli sembako di pasar atau toko dengan kualitas lebih baik. Selain itu, voucher pangan memungkinkan rakyat memperoleh nutrisi lebih seimbang, tidak hanya karbohidrat namun juga protein. “Voucher ini dapat digunakan untuk menebus beras, telur atau bahan pokok lainnya, di pasar, di warung, di toko pada harga yang berlaku,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, dengan reformasi program bantuan pangan ini, pedagang-pedagang sembako di pasar juga bisa mendapatkan tambahan peluang usaha. “Dan yang tidak kalah penting, melalui reformasi ini Bulog akan kita kembalikan lagi fungsinya sebagai buffer stock dan stabilisator harga beras dan bahan-bahan yang lainnya dan juga penyangga harga gabah petani apabila harga gabah jatuh,” jelas Presiden.
Menjelang rencana uji coba penerapan voucher pangan di 44 kota/kabupaten, Kantor Staf Presiden (KSP) terus menggelar sosialisasi program ini. Selasa, 6 September 2016, KSP bersama kementerian/lembaga lainnya mengundang 11 kota/kabupaten yang akan menjadi proyek percontohan peluncuran voucher pangan.
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menggarisbawahi konsep besar Presiden Jokowi dalam pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial. “Karena itu, sebagai perbaikan dari program bantuan pangan, voucher ini langsung diberikan kepada keluarga miskin. Diharapkan dengan langsung diberikan kepada penerima sasaran, manfaatnya lebih banyak,” kata Teten.
Selama ini, Teten menambahkan, penyaluran raskin sering dinilai tak tepat waktu, tak tepat sasaran, tak tepat jumlah, serta dengan kualitas yang buruk. Dengan bantuan pangan yang baru berupa voucher, keluarga miskin bisa belanja di pasar atau toko besar, serta dapat memilih sendiri beras dan telur sesuai kualitas yang mereka inginkan. “Ini memang program besar, karena pola bantuan raskin sudah dikelola selama 18 tahun. Uji coba ini harus berhasil, sehingga masyarakat tidak kemudian berpikir untuk kembali ke pola lama,” kata Teten. Ia menegaskan, jika seluruh rencana uji coba berhasil, program bantuan voucher pangan diterapkan 100 persen di Indonesia pada 2018.
Deputi III Kantor Staf Kepresidenan Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Denni Puspa Purbasari memaparkan, sebagai sebuah ‘kartu debet’, voucher pangan memberikan lebih banyak pilihan dan kendali tentang bahan pangan apa yang akan dibeli serta dalam jumlah berapa banyak. “Selain itu, penerima bantuan tidak harus menghabiskan dananya, jadi program ini sekaligus memberi pelajaran tentang menabung,” kata Denni.
Denni menambahkan, dalam penggunaannya, voucher pangan dapat digabung dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) maupun bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). “Bedanya, untuk voucher pangan tak bisa ditarik tunai,” kata Denni.
Rencananya, pedagang yang akan menerima voucher pangan untuk pembelian beras, telur dan bahan makanan lain yakni warung, toko, pasar dan mini market. Selain itu, bisa juga agen laku pandai, agen layanan keuangan digital, eWarong, Toko Tani, Bulog Mart, dan lain-lain. Penerima bantuan diharapkan mendapat beras umum dengan kualitas yang ada di pasar. Jadi bukan beras drop-dropan seperti dalam pola bantuan raskin. “Jadi, pedagang pasar atau toko, warung yang teregistrasi itu bukanlah agen penyalur beras tertentu,” kata Denni.
Pemerintah juga akan melakukan audit serta menciptakan sistem punishment untuk memastikan agar voucher pangan tidak boleh digunakan untuk membeli rokok. “SOP akan disusun, namun kami berharap rumah tangga miskin cukup bijaksana dalam membelanjakan uangnya,” kata Denni.
Elan Satriawan dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yakin program voucher pangan ini lebih baik dari pola bantuan raskin. “Kami sempat melakukan uji coba, dan kepuasan penerimanya besar sekali. Terutama karena penerima bantuan bisa memilih kualitas beras yang mereka konsumsi,” katanya.
Seperti ditayangkan di http://ksp.go.id/voucher-pangan-terobosan-baru-pengganti-raskin/