Memotret Semangat Kebangsaan dari Karnaval Budaya

Video ini memotret karnaval NKRI dengan memberi pesan ‘Indonesia untuk Semua’. Narasi dan ‘PTC’-nya hidup, tinggal perlu polesan di beberapa sisi agar lebih ‘touchy’.

Sebagai ujian akhir mata kuliah ‘Feature Media Siar’ Universitas Multimedia Nusantara (UMN), mahasiswa diwajibkan membuat sebuah paket televisi bertema ‘kesatuan, kebangsaan, dan pluralisme’. Tugas ini sekaligus untuk memupuk anak muda mencintai nasionalisme dan keberagaman dalam Indonesia.

Maka, enam srikandi ini – Andina Kamia, Bunga Dwi, Apriana Aridha, Brigita Eveline Elisa Kartika, dan Diva Maudy – berbondong ke Bundaran Hotel Indonesia dan sekitarnya, untuk mengambil liputan ‘Karnaval NKRI’ yang digelar tak lama setelah aksi Demo 411.

Kreativitas dan ide mereka boleh juga. Liputan news karnaval budaya dibumbui dengan narasi mengharu-biru dilanjutkan dengan lagu Satu Nusa sebagai ‘gong’-nya…

“Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku dan golongan adat-istiadat, tapi milik kita semua, dari Sabang sampai Merauke…”

Penampilan Bunga ber-piece to camera juga well deserved. Wardrobe (busana)-nya mendukung, membawa gimmick bendera kecil dan disertai rasa percaya diri tinggi, baik saat menghadap kamera, maupun saat masuk ke gulungan bendera raksasa. Kalaupun ada kurangnya, saat ia terlalu terlihat punggung atau membelakangi lensa cukup lama dalam prosesnya ‘menyusup’ menuju bendera raksasa.

Nilai minus lain ada pada stok gambar yang terasa kurang. Jangan cepat puas saat berada pada sebuah peristiwa besar. Jangan hanya terkagum dengan situasi yang ada. Teruslah bergerak dan kreatif, mencari angle maupun momen yang lebih baik dan lebih banyak. Agar tak sesal di kemudian hari. Tampak saat gambar peserta pawai bersepeda yang harus di-looping, diulang kembali, menunjukkan mereka tak cukup punya ‘beauty shots’.

Pesan pamungkas, disampaikan mereka dalam narasi dan bukan teks atau CG, juga seharusnya lebih jelas. Apa message yang hendak disampaikan kepada pemirsa lewat tayangan hampir empat menit ini? Mereka memberi closing statement dengan pesan:

“Melawan aktor-aktor politik yang ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah, serta mendesak semua pihak untuk tunduk pada undang-undang dan peraturan yang berlaku.” Sesuaikah pesan itu dengan video mereka? Kurang  ‘nendang’ sih…

Coba berpikirlah mencari kalimat yang tepat sebagai kalimat pengunci paket. Atau, mengapa tidak menekankan khusus pada tulisan yang dibawa seorang muda dalam karnaval di Sudirman itu? ‘Kita semua bersaudara’.

Merasakan gelora nasionalisme
image_4e12486Sebagai juru kamera, Andina Kamia berujar, ia gembira berada dalam lautan rasa nasionalisme.

“Karnaval ini dihadiri begitu banyak orang yang menunjukan indahnya budaya dan kesenian tradisional Indonesia. Begitu banyak budaya Indonesia yang ada mengingatkan saya bahwa Indonesia indah karena perbedaan,” ungkapnya.

Sayang, peliputan itu mengalami kendala karena minimnya tripod. “Akibatnya, gambar kami kurang stabil, serta kesalahan teknis di kamera tiba-tiba tidak dapat merekam video dalam waktu yang panjang,” kisah Andina.

Bunga Dwi, reporter on-cam menyatakan senang berpartisipasi dalam liputan karnaval ini, sehingga bisa mengetahui aspirasi masyarakat yang sesungguhnya, serta lebih mengenal budaya indonesia dan berinteraksi dengan banyak orang. “Kami sengaja memilih latar belakang bendera merah putih besar karena menurut kami unik,” paparnya.

Kesan serupa disampaikan Brigita dan Elisa, pengisi suara, juru kamera, serta editor dalam paket ini. “Liputan kali ini seru sekali, meskipun cuaca panas, tapi dari situ bisa belajar dan menjadi tahu budaya apa saja yang ada di Indonesia, dari Sabang hingga Merauke,” urainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.