Mereka mengangkat tema toleransi. Berbeda keyakinan, namun itu bukan sebuah problema dalam kehidupan bersama.
http://www.youtube.com/watch?v=K2_T0Zgp8BY
“Sempurna yang kau puja
Dan ayat-ayat yang kau baca
Tak kurasa berbeda
Kita bebas untuk percaya…”
Untuk tugas akhir mata kuliah Feature Media Siar Ujian Akhir Semester Ganjil 2016/2017, lima mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara membuat paket iklan layanan masyarakat (PSA) bertema toleransi.
Selvie Lestari, Rachel Anastasia, Sharon Yemima, Ahmad Adri, Ruth Claudia, Zaka Fauzan, dan Andini Nur Nabila menggambarkan kebersamaan dalam perbedaan melalui visual-visual sederhana, padat di durasi tak sampai tiga menit. Divisualkan, lima mahasiswa berbeda keyakinan, mengawali hari dengan ritual berbeda sesuai kepercayaan masing-masing.
Setelah berdoa, bersembahyang pagi menurut tradisi berlainan, mereka berjalan menuju satu tujuan yang sama: kampus tercinta. Bergandengan tangan, hidup bersama, menihilkan perbedaan di kehidupan personal masing-masing.
Paket yang sederhana, menyentuh, dan membuat ‘merinding’. Tentu juga karena kekuatan musik latar -Hagia dari ‘Barasuara’- menambah touch emosional karya ini.
Salut untuk kematangan konsep dan kerja kerasnya!
Proses kreatif
Selvie Lestari, anggota kelompok yang menjadi talent mahasiswi Budha, berkisah mereka sempat kesulitan menemukan waktu berkumpul. “Susah syuting karena jadwal kuliah kami banyakan bentrok,” katanya.
Saat mereka bertemu untuk pengambilan gambar bersama, kendala dihadapi berupa suasana kampus yang amat ramai. “Jadinya, mesti take berulang-ulang, ditambah cuaca Gading Serpong amat terik,” kenangnya.
Hal serupa ditegaskan Rachel Anastasia, juru kamera, yang memaparkan teriknya matahari dan keramaian kampus membuat mereka mesti bersabar dalam proses pengambilan gambar.
Sharon Yemima, talent mahasiswi Kristen merangkap editor pun menekankan pentingnya penyesuaian cahaya dalam pengambilan gambar. Begitupula pendapat Ahmad Adri, juru kamera. “Kerja keras dan smart menentukan angle shot dalam cuaca terik dan lalu-lalang orang menjadi kunci,” ungkapnya.
Untuk shooting lima ‘tokoh’ dalam adegan di rumah, tak jarang masing-masing melakukan sendiri. Yohana Ruth Claudia mengaku sempat bingung juga karena tak ada yang bisa diminta tolong. “Akhirnya, bisa juga dengan pinjam kamera dan tripot kerabat,” kata pemeran/talent mahasiswi Katolik ini.
Cerita serupa ditegaskan Andini Nur Nabila, talent mahasiswi beragama Islam dan Zaka Fauzan, talent mahasiswa Hindu. “Kurangnya waktu membuat kami harus mengambil gambar secara swadaya untuk adegan personal. Syukurlah, tak ada masalah,” kata mereka.
Well done, untuk karya yang simple, cerdas nan menginspirasi…