Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Bekerja Keras Memilih dan Menyisihkan Angle

Sebuah liputan feature terkait parade budaya Nusantara di Bundaran Hotel Indonesia. Kelompok ini bekerja ekstra meminggirkan footage yang tak diinginkan.

Kekuatan paket feature bertema kebangsaan ini tampak saat detik-detik pembukanya. Kibaran bendera merah putih dengan gemerisik angin sebenarnya hal biasa dalam acara pawai nusantara di kawasan Sudirman-Thamrin, pada hari itu. Tapi, memilihnya sebagai angle pembuka menjadi nilai plus serta kelebihan tersendiri.

Itulah kreativitas yang dikemas Anders Forbes, Chiedryan Chierdidy, Elizabeth Chrisandra, Putri Amalia Irawan, Regina Devie, dan Vincensius Yoga dalam mengerjakan ujian akhir mata kuliah Feature Media Siar Universitas Multimedia Nusantara.

Penampilan Eliz sebagai reporter on-cam alias stand-upper yang percaya diri menambah ‘nilai jual’ paket ini. Entah berapa kali take ia lakukan, Eliz dengan penuh confident berjalan diiringi latar para pengisi acara parade. Ditambah dengan aksesori merah putih menempel di lengannya, menguatkan pesan yang disampaikan.

Mereka juga sukses menampilkan paket ini dari sisi menariknya. Padahal, bagi yang tahu detail acaranya, parade ini dikritik karena terlalu banyak memperlihatkan bendera dan atribut partai. Tapi, paket ini meminimalkan kekurangan itu, tak terlihat gambar aksesori partai secara berlebihan, kecuali jika memang tak bisa dihindari, seperti saat menyorot peserta pawai berkostum cosplay.

Kalau pun ada kekurangan, yakni memakai kalimat yang terlalu biasa alias ‘template’ dalam sebuah pengantar paket, “Penasaran? Yuk ikuti saya…”

Selain pesan implisit dalam merah putih di lengannya, keunggulan lain paket ini ya pada ‘pesan eksplisit’ yang terlihat pada gong di akhir paket. Pesan itu terucap jelas oleh Eliz, dalam kalimat tegas, “Dari lahir kita sudah tidak sama, namun di situlah letak keunikan Indonesia. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, seperti slogan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika…”

Kesan para peliput

Juru kamera Anders Forbes merasa senang dapat terlibat dalam liputan ini. “Ada beberapa kendala pengambilan gambar seperti banyaknya logo partai politik masuk frame kamera, serta memory card full,” kisahnya. Anders senang, karena selain mengambil gambar, juga mendapat pengalaman baru bercengkrama dengan banyak orang dari latar belakang berbeda, termasuk dari mereka yang baru kali pertama datang ke Jakarta demi acara itu.

Campers lain, Regina Devie, menekankan pentingnya mengambil angle yang baik saat mengambil gambar. “Harus bekerja lebih keras agar tak terlihat aroma partai terlalu kental,” ungkapnya.

Sebagai produser, Chiedryan Chierdidy bertugas membuat perencanaan liputan dan garis besar angle apa yang ingin diambil. “Selama proses liputan memastikan proses pengambilan gambar sesuai dengan naskah yang telah dibuat serta memantau selama proses editing video,” paparnya. Chiedryan mengaku, terjun ke lapangan selalu mengasikan, tapi dalam liputan kali ini mereka sangat berkejaran dengan waktu. “Karena acaranya jam 11 sudah kelar,” kenangnya.

Sang stand-upper, Elisabeth Chrisandra bersyukur dapat mengerjakan liputan yang tergolong mendadak ini. “Peran saya sebagai reporter yang masih pemula tentu membutuhkan pengulangan berkali-kali dalam pengambilan gambar,” urainya. Elis sempat merasa kesulitan menemukan orang yang mau diwawancara karena kebanyakan dari mereka menolak. “Waktu kami banyak terbuang di pencarian narasumber,” terangnya.

Putri Amalia, sang pengisi suara dalam paket mendapat pelajaran bahwa membuat naskah tidak bisa sembarangan apa adanya sesuai gambar. “Tapi, membutuhkan kecocokan melalui pemilihan kata-katanya, mengira-ngira apakah yang saya bicarakan terlalu panjang atau tidak, apakah   yang   saya   bicarakan   to   the   point   atau   malah   muter-muter,” jelasnya.

Sebagai editor, Vinsen Yoga menemukan masalah karena ia tak ikut liputan ke lapangan. “Karena   saya   tidak   turun   saat   liputan,   menjadikan   saya   buta   pada   gambar   yang kelompok ambil, ketika disuguhkan gambar-gambar mereka,” sesalnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.