Ketika sebagian warga Jabodetabek berlibur panjang ke Bandung atau Puncak, Bogor, kami berempat memilih ke Lampung. Sebenarnya alasannya sederhana, karena dua bocah kami belum pernah merasakan sensasi naik feri menyeberangi Selat Sunda.
Tapi, ternyata jalan-jalan ke tempat yang tidak mainstream –apalagi ke luar Pulau Jawa- itu menarik. Lampung ternyata tak hanya lekat dengan Gunung Anak Krakatau, Gajah Way Kambas atau Lumba-lumba di Teluk Kiluan. Ada Pantai Sari Ringgung lengkap dengan obyek wisata ‘Pasir Timbul’ di tengah laut. Pernahkah juga Anda mendengar ada sebuah desa bernama Hanura? Itu desa apa kantor partai ya? Kalau penasaran, cobalah arahkan kemudi mobil ke arah Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, sekitar sejam dari Bandar Lampung.
Di Lampung juga kami belajar dan mengajarkan pada anak-anak tentang ikon dan karakter khas bangunan tiap wilayah di Indonesia. Hampir semua rumah, gapura, dan jalan di Lampung berhiaskan mahkota khas. Namanya siger, mahkota pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga, berwarna emas dan biasanya memiliki cabang atau lekuk berjumlah sembilan atau tujuh. Karakter khas bangunan ini mengingatkan ornamen ala gading di gedung-gedung pemerintahan Tangerang, atau corak ala gedung sate di gapura gang-gang kota Bandung. Itulah Indonesia. Benar-benar plesir dari pinggiran…
Ah, jadi ingat tagline ‘Membangun Indonesia dari Pinggiran’, yang diusung Pakde Jokowi sejak masa kampanye dan ditepati hingga saat ini. Hanya melihat petunjuk papan proyek Tol Lampung –sebagai bagian proyek infrastruktur ‘Trans Sumatera’ saja sudah takjub, apalagi kalau nanti jalan bebas hambatan sepanjang 2.700 kilometer yang menghubungkan Banda Aceh ke Bakauheni itu benar-benar terealisasi.
Bayangkanlah, kemewahan jalan tol itu bukan lagi milik penduduk Pulau Jawa. Sama halnya dengan kemewahan punya kereta api yang sebentar lagi juga merata di pulau-pulau lain.
Indonesia bukan hanya Jawa, jadi mari kita tengok dan tujukan perjalanan dan perhatian kita juga ke pulau-pulau lain.
Salam Sang Bumi Ruwa Jurai, konon artinya rumah tangga agung, yang hidup dalam keberagaman!