“Sekarang telah tiba
dan kita telah berjumpa
di Pulau Miangas batas Indonesia
Pulau yang terpencil, desa yang tercinta…
Mari kita jemput atas kedatangannya
Bapak Menpora beserta rombongan
Di Pulau Miangas…
Kami bergembira dan bersukaria
Sayangi kami
Kepada rakyatmu semua..”
Nyanyian riang penduduk dan suguhan tarian adat Cakalele meredakan penat setelah penerbangan 3 jam dari Jakarta ke Manado dan lanjut 1,5 jam menuju Miangas.
Selasa, 26 September 2017 jelang pukul 10 pagi, pesawat twin-turboprop milik Wings Air mendaratkan kami dengan sempurna di Bandara Miangas yang diresmikan Presiden Jokowi, Oktober 2016 silam. Lapangan terbang berbiaya Rp 205 milar ini memiliki panjang landasan pacu (runway) sepanjang 1.400 m x 30 m yang dapat didarati pesawat sejenis ATR-72. Cita-citanya, bandara ini bisa dijadikan landasan bagi pesawat Hercules. Namun toh, meski saat ini baru ada penerbangan sepekan sekali, kehadiran Bandara Miangas memiliki arti penting bagi masyarakat pulau terluar yang selama ini sangat terisolir.
Bukalah peta. Di atas Pulau Sulawesi, tampaklah Pulau Miangas terletak di ujung atas Indonesia, merupakan pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Mindanao-Filipina yang berjarak hanya sekitar 92 kilometer. Dengan kapal laut, perjalanan ke Filipina Selatan bisa ditempuh dalam 3 jam, sementara ke arah ibukota provinsi, Manado, bisa mencapai belasan jam di atas laut.
“Saat ini baru ada satu kali penerbangan dalam seminggu. Tiap Minggu siang pukul 11.30 pesawat dari Manado yang singgah di Melonguane berhenti di Miangas. Tak sampai sejam kemudian, ATR-72 Wings ini kembali lagi ke Melonguane dan Manado,” kata Butet, pegawai bandara yang masih berstatus di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan itu. Perkiraan harga tiket sekitar Rp 300 ribu untuk tujuan Melonguane, ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Sementara kalau lanjut ke ibukota provinsi Sulawesi Utara, harga tiketnya berkisar Rp 700 ribu.
Saat meresmikan Bandara Miangas tahun lalu, Joko Widodo menjadi Presiden RI pertama sepanjang sejarah Indonesia yang berkunjung ke Pulau Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Saat itu, dari Bandara Sam Ratulangi di Manado, Presiden beserta rombongan terbang ke Miangas menggunakan pesawat CN-295 TNI AU untuk menuju pulau paling utara di Indonesia.
Pagi itu, Miangas –pulau yang penduduknya tak sampai 900 orang- menjadi ramai karena didaulat Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai tempat pembukaan Kirab Pemuda 2017 dari sisi Zona 1 yang berangkat dari titik paling utara Indonesia. Adapun separuh peserta Kirab Pemuda lainnya mengawali muhibah dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, titik paling selatan Indonesia, pada Kamis, 28 September 2017. Mereka mengitari Indonesia –termasuk menyentuh Sabang dan juga Merauke- selama 72 hari hingga berakhir 8 Desember 2017 di Blitar, Jawa Timur.
Kirab Pemuda 2017 merupakan gagasan visioner Menpora Imam Nahrawi. Mengadaptasi Kirab Remaja Nasional yang diinisiasi Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto pada 1990-an, Kirab Pemuda 2017 dibuat lebih kekinian. Pesertanya 72 orang dipilih dari 34 provinsi dan perwakilan organisasi kepemudaan. Muatan-muatan acaranya pun lebih milenial dan didorong agar program ini memiliki dampak jelas bagi masyarakat yang dilintasi rute kirab.
“Secara khusus tagline #BeraniBersatu pada Kirab Pemuda 2017 bukan semata-mata slogan, tapi harus kita kobarkan di negeri ini. Sebagai perwakilan pemuda Indonesia, peserta kirab harus berani bersatu untuk Indonesia,” tegas Menpora Imam Nahrawi.
Mengikuti perjalanan pertama Kirab Pemuda 2017 dari Jakarta hingga Miangas, tampak semangat dan wajah-wajah ceria peserta kirab dari Aceh sampai Papua. “Senang akhirnya terpilih menjadi peserta Kirab Pemuda 2017 melalui seleksi ketat. Saya berharap bisa mendapat banyak wawasan tentang keberagaman dan menyebarkannya saat kembali ke kehidupan saya di Yogyakarta,” kata Ardita Wiratama, mahasiswa Fakultas Teknik Mesin semester 9 Universitas Gajah Mada.
Di titik 0 Kirab Pemuda 2017 Miangas, Menpora Imam Nahrawi menandatangani prasasti bertuliskan, “Dengan semangat Menjaga Kebhinekaan, Persatuan, dan Kedaulatan NKRI.”
Sebuah program baru telah dimulai. Diharapkan dapat menjadi warisan acara tahunan, yang tak hanya berorientasi pada program, tapi juga manfaat serta legacy nyata: semangat kebersamaan dan pemberdayaan Indonesia dari berbagai daerah pinggiran.
Harapannya, anak bangsa di kawasan terluar, terdepan, tertinggal tak hanya merasa dilintasi saja, tapi juga diperhatikan sejajar dengan saudara-saudaranya di area urban.
Dan, kita berharap, nyanyian rakyat Miangas pun tak lagi sumbang…
“Pulau Miangas jauh di sana
Dari Kepulauan Indonesia
Satu pulau terluar
Satu pulau perbatasan
Sering-sering ditimpa bencana alam
Tinggilah harapan sepanjang masa
Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Hiduplah aman sentosa…”
- Jojo Raharjo
Penulis merupakan Tenaga Ahli Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, mengikuti pembukaan Kirab Pemuda 2017 Kementerian Pemuda dan Olahraga di Miangas, Sulawesi Utara.
Sebagaimana ditayangkan di https://news.detik.com/berita/d-3660022/kirab-pemuda-era-milenial-pesan-keberagaman-dan-berani-bersatu