Pidato Presiden Jokowi pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-72 TNI di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, tidak panjang. Hanya sekitar sepuluh menit. Tapi pesannya begitu mengena, terutama di tengah gonjang-ganjing politik kekinian. Apalagi, presiden ketujuh Indonesia ini mengutip pesan dari Panglima Besar Soedirman, jenderal bintang lima, bapaknya Tentara Nasional Indonesia.
Pesan Jenderal Besar Sudirman itu diyakininya masih dan akan terus relevan dengan kondisi di masa kini. Sudirman mengatakan bahwa politik tentara adalah politik negara dan loyalitas tentara hanyalah loyalitas untuk kepentingan bangsa dan negara di mana akan selalu memperjuangkan kepentingan rakyat dan setia kepada pemerintahan yang sah.
“TNI adalah milik nasional yang berada di atas semua golongan, yang tidak terkotak-kotak oleh kepentingan politik yang sempit dan tidak masuk ke kancah politik praktis, yang selalu menjamin netralitas politik di era demokrasi sekarang ini, yang selalu menjamin keutuhan wilayah nasional, dan membangun persatuan dan solidaritas anak bangsa,” tegas Presiden Jokowi.
Lebih lanjut, Presiden merasa bangga mendengar pernyataan dan sumpah para prajurit untuk setia kepada NKRI, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Baginya, sumpah dan komitmen tersebut merupakan hal yang menunjukkan kemauan keras para prajurit TNI untuk membawa kemuliaan bagi bangsa Indonesia.
“Fondasi itulah yang harus dipegang teguh oleh institusi TNI dan oleh prajurit TNI, fondasi itulah yang patut diteladani oleh seluruh rakyat Indonesia, fondasi itulah yang membuat kita kokoh berdiri menghadapi gelombang zaman yang sering bergolak, fondasi itulah yang memperkukuh Indonesia dalam menghadapi dan memenangkan persaingan global,” tuturnya.
TNI dan anggotanya memang tak bisa masuk dunia politik praktis. Silahkan berpolitik jika sudah purnawirawan, atau mengajukan pensiun dini karenanya. TNI harus netral melindungi dan mengayomi semua. Patuh pada panglima tertinggi, yakni Presiden, yang telah dipilih melalui mekanisme demokrasi yang sah oleh rakyat Indonesia.
Oh ya, peringatan HUT ke-72 TNI, yang sudah dua kali ini digelar di Dermaga Indah Kiat Cilegon, menyisakan cerita unik. Presiden Jokowi berjalan kaki dua kilometer karena terjebak kemacetan menuju lokasi upacara. Rabu malam, Presiden Jokowi memang sudah bermalam di Banten, seusai berbagai agenda kunjungan kerja. Tapi, lokasi Hotel Aston di Kabupaten Serang sekitar 40 kilometer dari titik upacara di Kota Cilegon. Ditambah banyaknya pejabat dan warga yang antusias menyaksikan upacara HUT ke-72 TNI, Presiden pun memilih berjalan saja agar lekas sampai ke lokasi.
Rangkaian kendaraan Presiden tidak bergerak selama hampir 30 menit. Saat itu jarak dari kendaraan yang ditumpangi Presiden ke lokasi upacara kurang lebih 2 km. Melihat situasi seperti ini, Presiden memutuskan untuk berjalan kaki. “Presiden tadi di dalam mobil memutuskan berjalan kaki,” kata Ajudan Presiden Kolonel Mar Ili Dasili.
Semula Presiden berjalan kaki hanya didampingi perangkat Kepresidenan. Tak lama setelah berjalan kaki, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang juga terjebak dalam kemacetan turut mendampingi Presiden.
Saat berjalan kaki, Presiden tampak melambaikan tangan kepada masyarakat. “Pak Jokowi.. Pak Jokowi,” ucap masyarakat yang menyaksikan Presiden berjalan kaki.
Tiga ratus meter menjelang lokasi upacara, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Mulyono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Ade Supandi dan Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal Hadi Tjahjanto menyambut kedatangan Presiden dan berjalan kaki bersama menuju lokasi upacara.
TNI harus selalu bersama rakyat, karena rakyat adalah ibu kandung TNI. Setidaknya pernyataan itu yang belakangan selalu ditegaskan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
… Dan secara simbolik, Presiden Jokowi menunjukkan, ia bersama rakyat. Berjalan kaki selama dua kilometer mengatasi kemacetan…
Sebagaimana ditayangkan di http://tz.ucweb.com/10_14Lhb