Kelompok ini mengerjakan project Ujian Tengah Semester Production Program Televisi UMN dengan totalitas karya. Masih ada beberapa masukan sebagai catatan.
Vanni Rahmi Putri, Yulita Tirtokentjono, Denisa Eka, Bagas Indra dan Khenny Gracia bekerja keras menyelesaikan tuntutan satu segmen berita televisi. Perintahnya memang membuat kombinasi berita dalam satu segmen: hard news termasuk live, soft news dan tayangan berita internasional ringan.
Namun, lima orang dalam kelompok yang menamakan diri KPTV ini memberikan sajian lebih. Editing dibuat menarik, dengan menyertakan headline berita serta running text/newsticker yang sebenarnya tak masuk kategori penilaian. Good job, guys.
Denisa dan Vanni sudah oke sebagai duo presenter. Memilih lokasi outdoor sebagai latar tayangan weekend, mereka tampil berseri dengan ‘wardrobe’ yang tampaknya dipersiapkan serius. Chemistry dan chit-chat mereka juga nampak menyatu.
Pada bagian hard news, sudah kece karena menyertakan paket pengantar sebelum live. Paket pengantar ini memberikan soundbyte dari orang yang berkompeten. Kalau toh ada masukan, baiknya saat SOT Zulfikar sang Kepala Satker diputar, disertakan insert footage yang sesuai. Apalagi saat menyebut ‘penataan kawasan yang masih berantakan di luar’, akan pas dengan disertakan visual yang sesuai.
Untuk narasi akhir paket bahwa Sea Games akan dilakukan di Jakarta, Palembang dan kemungkinan di Jawa Barat, baiknya juga disertakan grafis menujukkan cabang olahraga dan venues. Daripada hanya memperlihatkan footage pembangunan Gelora Bung Karno.
Live Khenny Gracia sudah cukup mantap. Apalagi saya sendiri mengamati dan melihat proses Khenny live di GBK, termasuk salut dengan ketepatan waktu dan disiplin kerja Khenny dan Yulita.
Soft news Waffle Mie ditampilkan dengan pencahayaan dan grafis menarik. Meski seharusnya nama Yulita jangan hanya ditulis satu kata saja. Kalaupun mesti mengkritik, lagi-lagi CG harus muncul sering dan tak membiarkan ruang di atas running text itu jadi sering banget kosong. Kalau bikin running text saja bisa begitu ‘canggih’, mengapa tidak untuk Chargen?
Kritik yang sama juga berlaku untuk feature Aga bertajuk ‘Donat Telur Asin’ di Mall Karawaci Gambar-gambar detail donat telur asin mungkin bisa diperbanyak, terutama proses pembuatan di dapur.
Teamwork, kunci utama
Vanni berkisah, proses pengerjaan overall berjalan dengan lancar. “Hanya saja saat peliputan ke GBK ternyata hujan jadi variasi pengambilan gambar kami kurang banyak,” tambah Khenny. Sebuah pengalaman unik juga didapat saat mendapat ‘dessert’ gratis saat meliput feature kuliner di Living World.
Selaku campers di GBK, Yulita senada menjelaskan bahwa kesulitan yang paling besar saat itu adalah situasi yang kurang mendukung. “Karena hujan, saya tidak bisa mengambil terlalu banyak footage dan tidak bisa terlalu mobile. Selain itu, pergantian cuaca yang kurang jelas membuat cahaya yang masuk ke kamera menjadi kurang stabil. Sound juga menjadi sangat noise karena bunyi hujan yang cukup deras,” urainya.
Anchor sekaligus penanggungjawab dua liputan feature kuliner, Denisa memaparkan, ketika take anchor, terjadi beberapa kali re-take karena ia dan Vanni tidak terbiasa muncul di kamera. “Kami berharap bisa lebih optimal di UAS nanti, karena sejujurnya beberapa dari kami memiliki kesibukan yang padat menjelang UTS Produksi TV,” ungkapnya. Tetapi dari proses ini ia belajar, teamwork adalah hal paling penting.
Bagas, selain campers dan reporter on-cam feature juga menjelaskan pengalamannya mengedit gambar. “ Kendala yang didapat adalah saya tidak tahu cara menggunakan fitur di iMovie,” ungkapnya. Kendala keterbatasan RAM di laptop bisa diatasi dengan beberapa toleransi.