Tidak ada yang lebih gembira dari para penggemar sepakbola di Indonesia selain Bonek alias pendukung Persebaya Surabaya.
Tim kebanggaan Arek Suroboyo ini dipastikan kembali berlaga di kasta tertinggi kompetisi sepakbola nasional, setelah akhir pekan lalu mengalahkan Martapura FC 3-1 dan memastikan diri sebagai tim tiga besar Liga 2 yang berhak naik tingkat ke Liga 1.
Persebaya Surabaya telah lama hilang dari pentas sepakbola nasional, sejak menjalani skorsing jatuh ke Divisi Utama dari PSSI akibat menolak tanding dengan Persik Kediri di akhir musim 2009/2010.
Persebaya (yang kemudian diberi label 1927) memilih mengikuti Liga Primer Indonesia (LPI) sementara investor baru memindahkan Persikubar Kutai Barat menjadi Persebaya yang kemudian tampil di Divisi Utama Liga Indonesia. Persebaya versi inilah yang kemudian hari berubah menjadi Surabaya United dan Bhayangkara FC.
Waktu terus berjalan, Persebaya yang ‘asli’ terlunta-lunta karena tak diterima oleh PSSI. Keanggotannya dianggap ilegal. Sampai kemudian, awal tahun lalu, Ketua Umum PSSI Eddy Rahmayadi ‘mengampuni’ Persebaya dan memberi tempat tampil di Divisi Utama demi memperebutkan tiket kembali ke puncak persaingan sepakbola Indonesia: Liga 1.
Dengan penanganan serius dan profesional, di bawah manajemen Jawa Pos, Persebaya mewujudkan ambisi itu. Melewati penyisihan grup, 16 besar, 8 besar, semifinal, hingga petang ini berlaga di partai final dengan tim ‘Ayam Kinantan’ PSMS Medan.
Suporter Persebaya pun mentransformasikan diri. Dari dulu dikenal ‘Bonek’ alias ‘Bondo Nekat’, dengan kegilaannya datang ke stadion tanpa bekal cukup. Atau lebih fenomenal lagi, mendukung ‘Bajul Ijo’ –julukan Persebaya- hingga ke Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, dengan hanya Rp 30 ribu di saku untuk hampir sepekan di ibukota.
Lalu berita-berita yang keluar pun seperti senada: warung-warung makan sekitar stadion tutup saat Persebaya jelang tanding. Sweeping penumpang stasiun di siang sebelum Persebaya main. Pengamanan jalanan sekitar stadion ditingkatkan dan lain-lain.
Tapi, ‘Bonek’ yang kini telah berubah. Mereka tak lagi membuat kerusuhan di jalanan. Mereka bertekad tak lagi bernyanyi rasis di stadion. Mereka mengantar jemput suporter lawan dengan ramah di batas kota. Mereka membuat chant yang tertib dan rapi.
Bahkan, saat mengetahui ada mereka yang mengatasnamakan Persebaya membuat ulah dan menimbulkan korban jiwa, mereka pun ramai-ramai berteriak dan menamakan sang oknum sebagai ‘boling’ alias ‘Bondo Maling’. Tak sampai di situ, korban anarkis itu pun dikunjungi, dihibur dan disampaikan permohonan maaf sebesar-besanya.
Bagi Persebaya, selamat kembali ke pentas tertinggi persepakbolaan Indonesia
Bagi penggila sepakbola Indonesia… sambutlah Persebaya dan Bonek zaman now, dalam Liga 1 di musim baru 2018!
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/11_3wNPt