Di manakah Presiden Jokowi ketika para alumni 212 sedang bereuni? Presiden Jokowi tidak berada di Monumen Nasional, meski layak diperdebatkan sebenarnya, apakah ia termasuk ‘alumni’ atau bukan –sebagai seorang yang hadir pada Salat Jum’at, 2 Desember 2016 lalu…
Presiden Jokowi punya dua agenda pada Sabtu, 2 Desember kemarin. Pada siang hari, meresmikan empat venues yang akan digunakan untuk Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno. Sementara pagi harinya, Presiden hadir di Stadion Patriot Chandrabaga, Bekasi, dalam puncak peringatan Hari Guru Nasional. Sedikit mundur dari momen aslinya di 25 November, saat Jokowi lagi ada hajatan ngunduh mantu di Medan untuk puteri terkasihnya, Kahiyang Ayu.
Di Bekasi, Presiden Jokowi berbicara di depan 38 guru perwakilan se-Indonesia. Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya peran guru dalam menentukan masa depan bangsa Indonesia. Meskipun saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu sangat cepatnya, namun peran guru tetap tak tergantikan.
“Guru tidak akan tergantikan untuk mengemban tugas profetik, menjalankan misi kemanusiaan, dan keberadaban dengan menggali, menyadarkan, dan mengajak serta menggerakan jiwa anak didik pada kebenaran dan kebaikan,”tekan Presiden.
Ada satu hal yang konsisten dilakukan Presiden Jokowi setidaknya dalam dua puncak peringatan Hari Guru terakhir. Tahun lalu, di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor pada 27 November 2016, Presiden Jokowi membungkuk di hadapan 16 ribu guru yang hadir dalam puncak Hari Guru dan HUT PGRI itu.
Awalnya, saat itu, Presiden Jokowi mengungkapkan betapa pentingnya peran guru dalam mendidik dan mencerdaskan masyarakat.
“Yang jadikan seseorang jadi jenderal, jadi menteri, dan saya bisa ada di sini jadi presiden karena bapak dan ibu guru,” kata Jokowi.
Jokowi yang menggunakan baju batik PGRI lalu memberikan penghormatan kepada para guru yang hadir.
Ia bergeser satu langkah ke kanan dari podium sebelum membungkukkan badannya. “Saya ingin berikan penghormatan kepada bapak dan ibu semuanya,” kata Jokowi yang langsung membungkukkan badannya selama sekitar dua detik.
Para guru yang hadir pun langsung bersorak heboh mendapat penghormatan itu dari Presiden. Saat itu, Presiden secara khusus mengundang guru-guru yang pernah mendidiknya langsung di bangku sekolah di Solo, Jawa Tengah.
Hal serupa diulangi lagi kemarin di Stadion Patriot, Bekasi. Di depan massa guru yang jumlahnya dua kali lipat lebih banyak daripada tahun sebelumnya.
Di Bekasi, Presiden menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada para guru yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air. Presiden sadar betul peran besar seorang guru yang menghasilkan anak-anak didik yang berkualitas di bidangnya masing-masing.
“Saya sampaikan penghargaan, apresiasi yang tinggi kepada seluruh guru di Tanah Air, guru-guru yang berada di desa-desa, pulau-pulau terpencil, pulau terluar, dan di daerah perbatasan,” kata Presiden seraya membungkukkan badan sebagai tanda salam hormat takzim.
Gaya orisinal Presiden Jokowi memberi contoh pada kita, untuk menghormati sang pendidik. Tanpa mereka, seberapa pun bandelnya kita dan killer-nya pada guru saat itu, kita tak akan jadi seperti saat ini.
Saya pun teringat pada sebuah iklan bank, yang memvisualkan bahwa di antara banyaknya tagihan yang harus dibayar setiap bulan, seorang pria –selain mengirim uang kepada orangtuanya- tak lupa mentransfer pada jumlah tertentu secara rutin kepada rekening gurunya. Tak ada istilah mantan guru. Mereka tetaplah pendidik kita, meski bangku sekolah atau kuliah telah lama kita tinggalkan.
Jadi, sudahkah Anda membungkuk takzim dan mengingat peran guru Anda, dari PAUD, sekolah dasar, sekolah menengah, sampai pendidikan tinggi?
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/12_29vwL