Berbanggalah Sumut dengan Rail Link nya

Akhirnya, setelah kembali berkunjung ke Sumatera Utara dalam dua pekan, terwujud juga keinginan menggunakan Rail Link, kereta api yang menghubungkan antara Bandara Kualanamu di Deli Serdang dengan Stasiun Merdeka di pusat kota Medan.

“Inilah yang bisa membuat Medan bangga. Kami lebih dulu punya kereta api bandara daripada Jakarta,” kata Bastian Siahaan, sahabat baik saya yang kini menjabat Kepala Biro KompasTV Sumatera Utara, dua hari lalu.

Senin sore mendarat di Kualanamu, perjalanan 40 kilometer ke Medan ditempuh melalui mobil jemputan, melewati ruas arteri dan tol Kualanamu-Tebing Tinggi. Agak ‘shocked’ melihat lalu lintas arah sebaliknya. Antrian kendaraan bermuatan berat –didominasi truk tronton- tampak mengantre padat dari arah Medan menuju Bandara Internasional Kualanamu, Deli Sedang. Ditambah suasana hujan deras dan ‘kolam renang’ dadakan di jalanan membuat durasi tempuh menuju hotel di kawasan Petisah menjadi dua jam.

“Kalau gini, baliknya harus pakai kereta bandara,” itu tekad saya. Apalagi, saya belum pernah mencoba jalur rel dari Medan ke Bandara Kualanamu.

Dari portal resminya disebutkan, PT Railink, sebuah perusahaan swasta -anak perusahaan dari  PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Angkasa Pura II (Persero) ) menghadirkan sebuah layanan kereta api yang baru pertama kali hadir di Indonesia-  yaitu Kereta Api Bandara.  KA Bandara ini diperuntukkan khusus untuk  membawa penumpang yang akan menuju Bandara Kuala Namu dari pusat kota Medan ataupun sebaliknya.

Kereta Api Bandara Kualanamu mulai beroperasi pada tanggal 25 Juli 2013 bersamaan dengan beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu.

KA Bandara Kuala Namu memiliki frekuensi 20 kali PP perjalanan dari Stasiun Merdeka Medan ke Stasiun Bandara Kuala Namu, berkapasitas 308 tempat duduk, dengan lama perjalanan menit saat menuju bandara, dan menit saat menuju Medan.

Jadwal perjalanan dan reservasi online disediakan di web itu. Sementara di stasiun, ruang tunggu masuk KA –yang jembatannya bak garbarata pesawat di bandara- nampak amat nyaman.

Rasa cemas akan ketinggalan pesawat pun sirna, saat saya yakin Rail Link ini benar-benar akan membawa ke Bandara Kualanamu tak sampai sejam. Kemacetan di sisi tol sekilas tampak di jendela kereta, tapi namanya juga ‘ular besi’, ia melaju bebas tanpa hambatan, dengan fasilitas tempat duduk nyaman. Sayang saja belum ada hiburan macam Garuda punya ‘inflight entertainment’. Sejauh ini, harga tiket sekali jalan Rp 100 ribu tak menjadi masalah.

Satu kelebihan –atau kekurangan?- Rail Link Medan-KNO ini yakni hanya berhenti di Stasiun Merdeka dan Stasiun Kualanamu. Tak ada transit naik turun penumpang di halte lain. Beda dengan KA Bandara Soekarno Hatta yang rencananya nanti singgah di Stasiun Batuceper, Duri, Manggarai dan Sudirman Baru.

Seandainya semua jalur bandara di kota-kota padat di Indonesia terkoneksi dengan angkutan publik non jalan raya seperti ini, tentu kemacetan akan terkikis. Makin banyak opsi, semakin baik. Hal serupa diterapkan di berbagai bandara modern di luar negeri.

Jadi, mari kita nantikan dengan tak sabar, KA Bandara Soekarno Hatta-Manggarai. Masak kalah dengan Medan, Bung!

Seperti tayang di http://tz.ucweb.com/12_2l4FT

Leave a Reply

Your email address will not be published.