Akhir pekan kemarin, saya berada di Serang, menghadiri pertunjukan wayang golek yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika di Alun-Alun Barat ibukota Provinsi Banten itu.
Sebuah terobosan menarik, yakni upaya pemerintah mendekatkan diri dengan masyarakat melalui metode ‘pertunra’ alias pertunjukan rakyat, yang tentunya disesuaikan dengan kultur dan kebutuhan warga lokal.
Di Banten, pertunjukan wayang golek yang dimulai pukul delapan malam itu mendatangkan dalang Yogaswara Sunandar, keturunan langsung dalang kondang mendiang Asep Sunandar Sunarya.
Yogaswara membawakan lakon ‘Cepot Ngadeg Raja’, kisah seorang biasa yang menjadi pemimpin kerajaan. Tak jauh beda dengan kisah wayang kulit ‘Petruk Jadi Ratu’, anak dari Ki Lurah Semar Badranaya dan Nyai Sutiragen dari Kampung Tumaritis, sebuah wilayah bagian dari Kerajaan Amarta yang dikendalikan Pandawa.
Sebelum pentas wayang golek yang dihadiri ratusan warga Serang itu, kami menyelipkan pesan sesuai tema ‘Pembangunan Infrastruktur untuk Mewujudkan Pemerataan’. Bersama dua pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahmed Kurnia serta Ismail Cawidu, kami jelaskan berbagai program Presiden Jokowi yang menegaskan konsep ‘Indonesia Sentris’ sesuai bunyi salah satu pasal dalam Nawacita ‘Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah dan Desa dalam kerangka Negara Kesatuan’.
“Tadi pagi saya ada di Papua Barat, di sana warga antusias dengan program dan realisasi kerja Presiden Jokowi. Dari dilantik hingga saat ini, total sudah enam kali Presiden Jokowi berkunjung ke Papua dan Papua Barat,” kata Ismail Cawidu, Tenaga Ahli Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik.
Saya pun memaparkan hal serupa dalam konteks lokal, “Tak hanya Papua, tapi juga Banten, khususnya Serang, menjadi perhatian utama Presiden Jokowi. Tak terhitung berapa kali Presiden ke mari, dari Idul Adha tahun lalu, dua kali peringatan HUT TNI, membuka turnamen sepakbola, kunjungan ke pesantren, serta meresmikan berbagai proyek.”
Di Banten saat ini sedang berlangsung pembangunan dua waduk, yakni Bendungan Karian dan Sindangheula. Selain itu juga ada beberapa proyek infrastruktur energi yang telah diresmikan presiden, yakn tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) jawa 7, 9 dan 10, berkapasitas total 4 ribu megawatt (MW). Proyek PLTU IPP Jawa 7 berhasil menyerap kurang lebih 10 ribu tenaga kerja. Dari jumlah itu, tiga ribu tenaga kerja di antaranya merupakan penduduk sekitar.
“Tak lupa, jangan mudah terpengaruh berita palsu atau hoaks. Gunakanlah internet secara cerdas. Mari bijak bermedia sosial. Apalagi tahun depan memasuki tahun politik,” itu pesan yang kami sampaikan di atas panggung sebagai penutup.
Pada pekan yang sama, berlangsung pertunjukan rakyat serupa di Jombang –menampilkan Emha Ainun Najib dan Kiai Kanjengnya, di Tasikmalaya yang dihadiri Menkominfo Rudiantara dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. Sementara di Alun-alun Kabupaten Kendal, Yati Pesek memaikan kesenian rakyat ‘Srandul’ dikombinasikan dengan dialog publik mengenai strategi wirausaha dalam bisnis online.
Penyampaian pembangunan melalui pendekatan kebudayaan menjadi salah satu metode yang harus terus dilanjutkan. Di sini, masyarakat menikmati kebutuhan mereka –kesenian tradisional yang harus terus dijaga dari generasi ke generasi- sembari mendapatkan informasi yang tidak memperkeruh suasana. Tanpa merasa digurui dan dijejali informasi ‘iklan’ yang membosankan.
Sebagaimana ditayangkan di http://tz.ucweb.com/12_2OurH