Presiden Jokowi mengeluarkan taktik cerdik menghadapi aksi unjuk rasa seorang diri Zaadit Taqwa, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia yang mengacungkan buku nyanyian berwarna kuning, layaknya seorang wasit sepakbola mengacungkan kartu peringatan pada pemain nakal.
Ibarat strategi sepakbola, Jokowi menggunakan pola ‘gegenpressing’ ala Jurgen Klopp, yang biasa dipakainya di Bundesliga bersama Mainz dan Borussia Dortmund dan kini bersama Liverpool di Liga Primer Inggris.
Gegenpressing merupakan sebuah frasa dari bahasa Jerman yang apabila diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi counterpressing. Frasa ini memiliki peran tersendiri dalam fase permainan sepak bola.
Dalam pengertian bebas, gegenpressing berarti sebuah taktik di mana sebuah tim, setelah kehilangan penguasaan bola, mendadak mencoba merebut kembali permaianan dan penguasaan bola, daripada bertahan. Singkatnya, saat tertekan, baliklah menekan.
Konon, aksi solo Zaadit di UI karena mengkritik terjadinya gizi buruk di Asmat, selain beberapa isu lain seputar politik dan pemerintahan.
Alih-alih menghindar, kemarin di Situbondo, Presiden Jokowi mengajak mahasiswa Universitas Indonesia untuk pergi langsung melihat kondisi di Papua, faktor kesulutan, serta bagaimana langkah pemerintah menanganinya. Twitter Kantor Staf Presiden pun langsung memasang tagar #JKWAjakBEMUIkeAsmat.
“Ya yang namanya aktivis muda, ya namanya mahasiswa, dinamika seperti itu biasalah. Saya kira ada yg mengingatkan itu bagus sekali,” kata Presiden kepada jurnalis di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu 3 Februari 2018.
Presiden menambahkan bahwa dirinya akan mengundang perwakilan dari BEM UI untuk berkunjung ke Papua untuk melihat medan yang dihadapi dan penanganan kesehatan oleh pemerintah.
“Mungkin nanti saya akan kirim, mungkin ketua dan anggota BEM UI untuk ke Asmat. Biar lihat bagaimana medan yang ada di sana, kemudian problem-problem besar yang kita hadapi di daerah-daerah terutama di Papua,” kata Presiden.
Berbagai respon muncul pasca aksi kartu kuning di Balairung Universitas Indonesia. Yang pro segera mengumumkan akan memberikan hadiah umroh pada si pelaku -meski belakangan ditampik dengan halus- dengan pilihan lain beasiswa di kampus terbaik di Jerman atau Turki.
Adapun yang kontra dengan Zaadit, mempersoalkan afiliasinya dengan partai, sampai buruknya prestasi akademik sang Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa di mata kuliah tertentu.
Presiden Jokowi, lulusan UGM tapi kegiatannya lebih asyik naik gunung daripada berorganisasi di kampus, berpikir sederhana: mengkritik itu wajar, karena gairah anak muda untuk merespon hal-hal terkait kondisi politik terkini memang lagi gede-gedenya.
Tapi, gegenpressing ala Presiden Jokowi juga memberi tantangan jelas: ayo sama-sama kerja, turun ke lapangan!
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/2_2tktr