Pada tayangan semalam, Rabu, 7 Maret 2018, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko untuk kali kedua tampil di Mata Najwa. Saya kembali ikut mendampingi beliau hadir dalam talk show politik prestisius di Trans7 yang kali ini mengambil tema ‘Gelanggang Tinju Jokowi’.
Peg news nya, video blog terbaru Presiden Jokowi yang berlatih tinju di Istana Bogor, dan menyiratkan kesiapan pertarungan jelang Pemilihan Presiden 2019. Moeldoko tentu saja tak sendiri berhadapan dengan Najwa Shihab. Formatnya debat. Di sisi kiri layar ada pihak pro pemerintah mendampingi jenderal purnawirawan mantan Panglima TNI ini.
Legislator PDI Perjuangan Komarudin Watubun dan Sekjen Partai Nasdem Jhony G. Plate tampil bak ‘Gattuso’ nya partai pendukung pemerintah. Dalam terminologi sepakbola, Gennaro Gattuso merupakan pemain AC Milan yang fungsinya untuk menghantam, menahan, dan merusak permainan lawan. Dalam politik, peran-peran seperti ini diperlukan. Asal jangan kelewat merusaknya dan malah jadi blunder bagi permainan tim sendiri.
Di kubu oposisi ada tiga orang juga: politisi PKS Mardani Ali Sera, legislator Partai Gerindra Ahmad Riza Patria dan pengurus DPP PAN Viva Yoga. Banyak hal dibahas di sini, mulai pro kontra pengungkapan Muslim Cyber Army sebagai penyebar hoaks, menjawab kunjungan partai bertemu Presiden Jokowi, peran Kantor Staf Presiden, sampai siapa kira-kira yang akan menjadi pendamping maupun lawan Jokowi pada Pilpres 2019.
“Tugas Kepala Staf Kepresidenan di antaranya melakukan komunikasi politik. Istana ini milik semua orang Indonesia. Untuk itu, Presiden bisa menerima apa saja.” kata Moeldoko menanggapi maraknya tudingan miring atas pertemuan Presiden Jokowi bertemu PSI dan juga Perindo yang dianggap bagian dari pemilihan presiden.
Meski tergolong ‘baru’ sebagai politisi, Moeldoko tampil lugas. Menjawab dan menyerang setiap lontaran dari para politisi kawakan yang sudah bertahun-tahun menjadi anggota DPR maupun pekerja full timer di dunia politik.
Pun saat ditanya apakah siap menjadi calon wakil presiden bagi Jokowi, Moeldoko mengelak. “Prioritas pekerjaan saya fokus menjalankan tugas sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Kita harus ‘pandai merasa’ jangan ‘merasa pandai. Tugas saya sekarang adalah segala-galanya, jangan mikir yang lain,” katanya.
Persis seperti judul dalam wawancara dengannya di Majalah Tempo, “Saya siap jadi bumper Presiden Jokowi.”
Maju terus, Jenderal. Fokus!
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/3_35JEq