Akhirnya Piala Dunia 2018 datang juga. Tepat di malam pengujung Bulan Ramadhan menyambut Hari Raya Idul Fitri, sepak mula atau kick-off pesta sepakbola dunia empat tahunan dihelat di Stadion Luzhniki Moskow malam ini pukul 22.00 WIB. Seperti lazimnya pembukaan Piala Dunia tiga pagelaran terakhir, tuan rumah mendapat kehormatan tampil di partai pembuka dari Grup A melawan tim yang dianggap terlemah di grup itu. Kali ini, Rusia akan melawan Arab Saudi dalam laga perdana di bawah kepimpinan wasit Nestor Pitana dari Argentina.
Partai pembuka World Cup selalu dipersembahkan untuk tuan rumah atau juara bertahan. Tradisi tuan rumah menjalani partai pembuka World Cup berlangsung sejak tiga Piala Dunia terakhir. Empat tahun lalu misalnya, Brasil menghantam Kroasia 3-1 usai pesta pembukaan nan meriah di Sao Paulo Arena. Dua gol Neymar dan Oscar membuat rakyat Brasil melaju ke awan tertinggi demi impian menambah koleksi piala, sebelum terhempas amat sakit di partai semifinal saat Jerman mempermak mereka dengan skor 7-1 di Stadion Mineirao, Belo Horizonte.
Di Piala Dunia 2010, tuan rumah Afrika Selatan menjalani partai pertama tanpa kemenangan, 1-1 melawan Mexico di Soccer City, Johannesburg, yang akhirnya membuat mereka gagal lolos dari grup A. Afrika Selatan hanya ada di posisi ketiga Grup A di bawah Uruguay dan Mexico, meski sempat menang 2-1 atas Perancis di partai terakhir.
Sementara itu, Piala Dunia 2006 Jerman menyajikan kemenangan tuan rumah 4-2 atas Kosta Rika di partai pembuka di Allianz Arena, Munich. Kemenangan perdana menjadi modal penting bagi tim asuhan Joachim Low melaju ke semifinal sebelum dihentikan calon juara Italia melalui babak perpanjangan waktu.
Sebelumnya, partai pembuka Piala Dunia digelarkan khusus sebagai kehormatan untuk tim juara bertahan, meski hasilnya tak selalu manis bagi sang petahana. Pada pembukaan Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang, inkamben Perancis kalah 0-1 Senegal lewat gol Papa Diop. Di Piala Dunia Perancis 1998 juara bertahan Brasil menang 2-1 atas Skotlandia. Adapun Piala Dunia AS 1994 menghadirkan partai pembuka untuk tuan rumah, yang ditahan imbang 1-1 oleh Swedia di Stadion Pontiac Silverdome, Michigan.
Jadi, berapa persen kali ini kemungkinan tuan rumah akan menang di partai pembuka? Seberapa yakin mayoritas dari 81 ribu penonton di stadion yang menjadi inspirasi Bung Karno membangun GBK Senayan itu akan bergembira atas kemenangan Igor Akinfeev dan kawan-kawan?
Sesungguhnya bukan perjuangan mudah bagi anak-anak asuhan Stanislav Salamovich Cherchesov untuk meraih tiga poin pertama bagi ‘The Sbornaya’ mengingat hasil kurang elok pada serial laga persahabatan sepanjang 2018: seri 1-1 lawan Turki, kalah 0-1 dari Austria, keok 1-3 dari Perancis, dan tumbang 0-3 dari Brasil.
Sebagai tim yang ‘lolos gratis’ tanpa fase kualifikasi, Rusia kurang teruji dalam iklim kompetisi. Kemenangan terakhir mereka dapatkan saat membekap Korea Selatan 4-2 di CSKA Arena Moskow, 7 Oktober tahun lalu. Toh demikian, sang pelatih berharap anak asuhnya tak tampil di bawah tekanan. “Pertandingan pertama pastinya sangat penting, karena akan memacu semangat pemain untuk menghadapi pertandingan selanjutnya. Setiap pemain tentunya menyadari, mereka mewakili negara dan akan memberikan segala-galanya untuk meraih kemenangan,” kata pelatih berusia 54 tahun itu.
Semasa bermain, Cherchesov berada di bawah mistar gawang, posisi serupa seperti yang kini dipegang kapten Rusia, Igor Akinfeev. Cherchesov tak banyak dikenal di pentas dunia, karena praktis ia hanyalah pemain cadangan dari Rinat Dasayev, salah satu kiper legendaris Uni Soviet selain Lev Yashin.
Pada Piala Konfederasi 2017 lalu, ajang pemanasan untuk mengetes kesiapan tuan rumah setahun sebelum perhelatan Piala Dunia, Cherchesov mengaku amat termotivasi dengan pidato sang pemimpin Vladimir Putin. Putin geregetan atas hasil kurang memuaskan tim nasional yang seharusnya dibanggakan bangsanya.
“Fans dan mereka yang menyukai sepakbola Rusia berharap hasil yang lebih baik dari timnas kami. Kami semua berharap para pemain tampil dengan komitmen penuh, seperti pejuang sejati dan atlet sesungguhnya. Setidaknya untuk memuaskan fans dengan upaya mereka meraih kemenangan. Teman-teman, mari kita saksikan sepakbola! Selamat datang di Rusia!” kata Putin dalam pidato nan menggelegar saat membuka Piala Konfederasi di Stadion Krestovsky, Saint Petersburg.
Pidato yang tak percuma, karena saat itu Rusia menang 2-0 atas juara Oseania Selandia Baru. Sayang dua laga berikutnya berakhir buruk. Dipermalukan juara Eropa Portugal 0-1 dan dihantam 1-2 oleh Meksiko, yang datang sebagai kampiun Amerika Utara.
Dan, apakah benar Arab Saudi disuguhkan melawan tuan rumah di partai pembuka sebagai tim terlemah di grup ini, selain dua peserta lain yakni Mesir dan Uruguay?
Ini adalah partisipasi kelima pasukan ‘Elang Hijau’ dalam gelaran putaran final Piala Dunia. Prestasi terbaik diraih pada Piala Dunia 1994 saat Sami Al-Jaber dkk sukses melaju dari fase grup F dengan menjadi runner-up di bawah Belanda dan menenggelamkan Belgia serta Maroko. Adapun pada putaran final Piala Dunia 1998, 2002, dan 2006, juara Asia tiga kali ini gagal lolos ke fase knock-out.
Bagaimana dengan Piala Dunia 2018? Tim asuhan pelatih asal Argentina, Juan Antonio Pizzi, ini lolos meyakinkan dari Grup B Asia dengan 19 angka, hanya satu poin di bawah juara grup Jepang dan melebihi perolehan Australia di posisi ketiga.
“Ada banyak hal tak terduga bisa terjadi di Piala Dunia. Sekarang kami fokus dan penuh ambisi tampil pada partai pembuka melawan tuan rumah. Nothing is impossible,” kata sang kapten Osama Hawsawi, pemilik 135 caps bersama timnas Arab Saudi.
Tampil di malam jelang Lebaran tentu bukan hal kebetulan yang patut disia-siakan. Mungkin mengulang kisah lolos ke putaran kedua seperti 24 tahun silam agak berat. Tapi, bisa mencuri poin dari laga pembuka melawan tim tuan rumah yang lagi kering kemenangan bukanlah hal mustahil.
Tentu saja, Hawsawi, poros halang veteran kelahiran Mekkah 34 tahun lalu itu tak mau mimpinya hanya menggantung di langit. Ia ingin, kisah heroiknya bersama Mohammad Al-Sahlawi, Yahya Al-Shehri, Mansoor Al-Harbi dan teman-teman lain akan menjadi inspirasi para pengkotbah Salat Idul Fitri di seluruh dunia pada keesokan harinya.
Ahlan wa Sahlan di Piala Dunia nan penuh kejutan, Eid Mubarak 1439 H, kiranya dunia bersatu dalam damai lewat sepakbola!
Sleman, 14 Juni 2018
- Agustinus ‘Jojo’ Raharjo, penggemar sepakbola, saat ini bekerja sebagai Tenaga Ahli Komunikasi Politik dan Informasi Kantor Staf Presiden
Seperti ditayangkan di http://beritajatim.com/olahraga/331270/menanti_kejutan_saudi_jadi_inspirasi_khutbah_idul_fitri.html
dan https://jebreeetmedia.com/2018/06/menanti-kejutan-arab-saudi-jadi-inspirasi-kotbah-idul-fitri/