Akhir tahun ini, kembali berkesempatan menginjak Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang. Seorang kawan bilang, suasana bandara yang belum bisa melayani penerbangan sore dan malam hari ini laksana airport privat di film-film detektif Amerika. Iya juga sih, bentuknya mungil, simple dan dikelilingi hamparan tanah amat luas.
Selain lapangan terbangnya yang unik, Malang Raya banyak memiliki sisi menarik. Batu, misalnya. Pertumbuhan kota ini begitu cepat. Berusia 17 tahun pada 2018, sejak mekar dari Kabupaten Malang, penduduk Batu melonjak menjadi 250 ribu dari awalnya hanya 150 ribuan. Magnet pariwisata menjamur di kota berlambang apel dan berslogan ‘Shining Batu’ atau ‘Batu Bersinar ini.
Kehadiran Jatim Park 1, 2, 3, Museum Angkut, Museum Musik, Museum Tubuh, Batu Night Spectaculer, dan juga Predator Fun Park, yang semuanya milik pengusaha bertangan dingin Paul Sastro Sendjojo menjadikan kota berjuluk ‘De Klein Switzerland’ atau ‘Swiss kecil di Pulau Jawa’ itu menyedot banyak wisatawan penasaran.
Saya memberkati kawasan ini: Malang Raya dengan kota dan kabupatennya. Jangan ada lagi roh ketamakan para pemimpin dan pejabat yang membuat mereka bereuni sebagai pesakitan. Kiranya, wilayah nan sejuk ini menjadi inspirasi banyak orang, dan tidak terus jadi bahan tertawaan karena ulah segelintir manusia yang selalu merasa serba kurang.
God Bless Batu dan Malang: kota pelajar, kota di mana banyak terdapat sekolah teologia, seminari dan pertapaan. Dalam kesunyian dan ketenangan, terletak kekuatanmu…