Dua tahun berselang, Jokowi tak menggelar open house di Istana Negara, sebagai ‘rumah rakyat’ yang ada di ibu kota.
16 Juli 2015, Jokowi berkeliling ke beberapa kabupaten di Aceh berlanjut dengan Takblik Akbar di malam takbiran serta mengikuti shalat Id di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Ada alasan tersendiri mengapa Idul Fitri pertamanya sebagai presiden dirayakan di ‘Serambi Mekah’, jauh dari Jakarta.
“Supaya semuanya kita ini merasa Indonesia dan Jokowi itu presidennya Indonesia bukan hanya milik Jakarta saja,” kata Jokowi
“Saya pribadi dan keluarga sangat senang sekali bisa bersilaturahim, bisa bermaaf-maafan di daerah (Aceh) di hari kemenangan ini,” lanjut Jokowi.
Setahun kemudian, 6 Juli 2016, Jokowi memutuskan berlebaran di Padang, Sumatera Barat.
Saat melakukan salat Id di halaman Masjid Raya Padang. Jokowi mengaku sangat terkesan dengan keramahtamahan masyarakat Padang. Menurutnya, baru kali ini ia berlebaran di Kota Padang.
“Saya melihat keramahtamahan masyarakat, melihat antusias dari pemudik yang dari rantau. Indonesia bukan hanya Jakarta. Karena itu perlu sekali-kali Lebaran di daerah. Dari Sabang sampai Merauke dan mungkin nanti sekali di Jakarta, yang lain di daerah-daerah. Baik nanti di Idul Fitri, Idul Adha dan juga di Tahun Baru, di Natal, semuanya di daerah,” ucap Jokowi.
Baru pada 25 Juni 2017, Jokowi berlebaran dan membuka rumah alias open house di Istana Negara, Jakarta. Dilanjutkan pada 15 Juni 2018, acara serupa digelar di Istana Bogor yang sempat heboh dengan viral para penarik becak, bersandal jepit dan bercelana pendek antre bersalaman dengan Jokowi. Dengan membawa caping yang sehari-hari dipakai membecak, mereka berbaris di depan para menteri, termasuk Menhub Budi Karya Sumadi.
Kali ini, 5 Juni 2019, Open House kembali digelar di Istana Negara, Jakarta. Ribuan orang membludak, antre mengucapkan selamat hari raya untuk Jokowi yang baru terpilih untuk periode kedua. Antrean yang coba ditata rapi dari Silang Monas Barat Laut, pelataran Kementerian Sekretariat Negara hingga dalam Istana Negara menjadiriuh karena banyaknya masyarakat yang datang dan terlalu lama menunggu.
Jokowi membuat ‘surprise’. Ia keluar Istana. Tak hanya menghampiri pengantre di tenda Kemensetneg, tapi juga menuju Monas, menggunakan mobil golf bersama Ibu Negara Iriana dan Mensesneg Pratikno.
Di sekitar Silang Monas, Jokowi menyampaikan permohonan maaf bagi ratusan atau bahkan ribuan masyarakat yang masih memadati area tersebut. Banyaknya masyarakat yang hadir membuat dirinya tak dapat melayani satu per satu permintaan warga untuk bertemu dan berfoto bersama.
“Saya mohon maaf, karena yang di Istana yang antre juga masih banyak, yang di sini jauh lebih banyak, sehingga saya lebih baik datang ke sini,” kata Jokowi.
Daniel Soeprijadi asal Jakarta Timur, mengaku datang sejak pagi untuk bertemu idolanya. Ia sedikit kecewa karena tak bisa langsung bersalaman dengan Jokowi karena banyaknya massa berdesakan di Monas. Tapi hatinya tetap bersuka karena Jokowi sebagai pemimpin mau datang mendekati rakyatnya.
“Dari beliau saya belajar bagaimana jadi pemimpin yang merakyat, pekerja keras, satunya kata dengan perbuatan, bernyali dalam mengeksekusi suatu kebijakan, dan mau mendengar suara rakyat,” kata Daniel yang tersenyum karena sebagian wajahnya nampak dalam kerumunan massa di rilis foto resmi Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
“Bagi saya acara ini sangat berkesan. Bisa bertemu langsung dengan Pak Jokowi, meski dalam kerumunan yang sangat padat. Membuktikan Pak Jokowi disayang dengan tulus sekaligus dihormati rakyatnya. Buktinya banyak yang datang sejak subuh demi bisa bersalaman dengan Pak Jokowi,” kata Rusiati Yo, warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang juga menanti sejak pagi.
Rusi merasa, bertemu dengan Jokowi seperti sungkem dengan orangtua sendiri.
“Untungnya, panitia mempersiapkan makanan lezat begitu banyak dan hiburan, sehingga rakyat yang berangkat subuh pulang lagi dengan perut kenyang hehe,” katanya.
Pendapat senada datang dari Munan Suprijanto, warga Bekasi. “Saya salut dengan sikap Pak Jokowi. Beliau sampai datang ke Monas, menyapa warga yang tak bisa masuk ke Istana Negara. Benar-benar sosok pemimpin yang rendah hati, dekat dan melayani rakyat,” kata warga Kabupaten Bekasi ini.
Selain bersilaturahmi dengan warga yang datang ke Istana Negara, malam sebelumnya, Jokowi membagi sembako bagi masyarakat di kawasan Otista dan Istana Kepresidenan Bogor. Tak sampai di situ, Jokowi pun melakukan kegiatan serupa, membagi bingkisan Lebaran di Tambora, salah satu kecamatan padat penduduk di Jakarta Barat.
Baik pembagian sembako di Otista Bogor, Istana Bogor maupun Tambora Jakarta Barat, tidak ada rilis resminya yang dikeluarkan Biro Pers, Media dan Informasi Istana Kepresidenan. Mungkin, karena kalau berbuat baik kepada masyarakat kecil tak harus dipublikasikan agar tak tergolong riya’…
Menerima Keluarga Yudhoyono
Setelah menemui masyarakat di Istana Bogor dan Monas, Jokowi mengisi Hari Lebaran di Jakarta dengan menerima dua putra presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Agus Harimurti dan dan Edhie Baskoro Yudhoyono datang ke Istana setelah berziarah ke makam ibunda, Ani Yudhoyono.
“Ini tradisi yang harus dipelihara. Tahun lalu kami bersilaturahmi ke Istana Bogor. Dua tahun sebelumnya kami juga ke Istana Negara ini,” kata Agus sembari mengucapkan terimakasih atas kesediaan Jokowi memimpin upacara militer pemakaman Ani Yudhoyono.
Jokowi pun menyampaikan salam untuk ‘senior’-nya dan berharap agar SBY diberikan kesehatan dan ketabahan sepeninggal almarhumah Ani Yudhoyono.
Makna rekonsiliasi dan lebaran penuh damai kian tampak karena usai dari Istana Negara, AHY dan Ibas –sapaan dua anak SBY- kemudian berbelok ke Teuku Umar, bersilaturahmi dengan presiden kelima RI, Megawati Sukarnoputri.
AHY dan Ibas datang bersama kedua isterinya, Annisa Pogan dan Aliya Radjasa bertemu Megawati yang didampingi kedua anaknya, Muhammad Prananda Prabowo dan Puan Maharani. Mereka pun berselfie riang.
Dalam kolomnya bertajuk ‘Idulfitri dan Silaturahmi Bangsa’, Deputi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden Eko Sulistyo menyampaikan bahwa menjadikan Idulfitri dengan pesan merekatkan persatuan dan persaudaraan menjadi sangat relevan pada perayaan tahun ini.
“Hampir setahun penuh suasana ikatan persaudaraan kita diuji dengan serangkaian kampanye pemilu yang panjang, menegangkan, dan melelahkan. Dampak sosial dari peristiwa ini adalah munculnya sikap pembelahan yang bisa merusak persaudaraan antar warga bangsa,” urainya.
Karena itu, Eko menekankan persatuan harus menjadi modal memajukan bangsa. Persatuan adalah rumah yang selalu terbuka untuk kerjasama dan bahu-membahu membangun bangsa dan negara. Persatuan harus bisa melampaui persaingan dan perseteruan politik para para elit politik.
Untuk itu, tradisi Ramadhan dan Halal bi halal dalam rangka menyerukan persaudaraan dan persatuan bangsa, penting dimaknai kembali dalam konteks memajukan silaturahmi bangsa.
“Pada akhirnya, Idulfitri bukanlah sekadar peristiwa keagamaan, tapi juga peristiwa budaya dan momentum memajukan silaturahmi antarsemua komponen bangsa dengan beragam aspirasi politiknya,” pungkasnya.
Seperti ditayangkan di