“Pulang ke kotamu,
Ada setangkup haruku dalam rindu…”
(Yogyakarta, KLa Project, 1990)
Jawa Tengah adalah asal, kelahiran, dan tempat Jokowi dibesarkan, tepatnya Solo Raya: Kota Surakarta, Boyolali, dan Sukoharjo. Karena itu, usai Salat Id dan menggelar open house di Istana Negara Jakarta, Jokowi bergegas terbang ke Solo, sungkem dengan ibunda serta bersilaturahmi dengan masyarakat kota yang menjadi kampung halamannya.
Tapi, jangan lupa juga, di Jawa ada ‘kerajaan’ lain selain Solo. Yogyakarta masih memiliki keraton Yogyakarta, dipimpin Sri Sultan Hamengkubowo X serta Puro Paku Alaman, tempat tinggal Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X. Sultan Paku Alam sekaligus menjadi duet Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Karena itu, Jokowi tak lupa berlebaran di Yogyakarta. Sebuah tradisi yang kembali dilanjutkannya melewatkan hari-hari penting di provinsi istimewa ini, sebagaimana Jokowi membuka tahun baru 2018 di Yogya.
Selain sebagai ‘pusat’ kerajaan di Jawa dan bertemu Sri Sultan, Yogyakarta juga layak menjadi alasan tempat berkunjung Jokowi pada momen-momen spesial. Di Yogya terdapat Gedung Agung, salah satu Istana Kepresidenan selain Istana Merdeka dan Istana Negara di Jakarta, serta Istana Bogor dan Istana Cipanas di Jawa Barat.
Selain itu, Yogya punya arti ‘pulang ke kotamu’ bagi Jokowi, karena di sinilah Jokowi muda menghabiskan masa studi perguruan tingginya, di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, awal 1980-an.
Beberapa aktivitas ringan dilakukan Jokowi dan keluarga dalam tiga hari dua malam kunjungannya ke Yogyakarta kali ini.
Hari kedua Idulfitri 1440 H, Kamis, 6 Juni 2019 Jokowi tiba sore hari dan langsung mengajak silaturahmi masyarakat Yogya, terutama yang tinggal dan lewat di sekitar Istana Gedung Agung.
Malam itu juga, Jokowi kembali menjadi magnet saat mengajak sang cucu, Jan Ethes Srinarendra jalan-jalan ke Malioboro, main ke Mal serta naik andong wisata.
Jum’at, 7 Juni 2019, Jokowi sebagai presiden maupun sebagai pribadi datang bersilaturahmi ke keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jokowi dan Iriana kembali membawa cucu pertamanya diterima langsung Sri Sultan Hamengkubuwono beserta istrinya GKR Hemas.
Tampak pula putri, mantu, dan cucu Sri Sultan Hamengkubuwono X, yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, GKR Bendara, KPH Wironegoro, KPH Purbadiningrat, KPH Notonegoro, RM Marrel, RM Drastya, dan RAj Irdina.
Acara lain pada Jumat, atau hari kedua di Yogya, yakni Salat Jumat di Masjid Syuhada, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta bersama kedua putranya, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, serta sang cucu Jan Ethes Srinarendra.
Bukan tanpa maksud Jokowi memilih Salat Jumat di sini.
Masjid Syuhada merupakan peninggalan Presiden RI pertama Sukarno. ‘Syuhada’ bermakna pahlawan. Masjid yang diarsiteki langsung oleh Bung Karno itu diberikan Sukarno untuk para pejuang kemerdekaan di Yogyakarta dan diresmikan pada 20 September 1952.
Lebih dari itu, Masjid Syuhada dimaksudkan sebagai monumen guna memperingati para pahlawan yang gugur syahid mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI.
Arsitektur masjid yang dikenal dengan sebutan masjid nasional itu juga menggambarkan kemerdekaan RI. Yaitu, anak tangga masjid di bagian depan berjumlah 17, tiang gapuranya memiliki delapan segi, dan empat kupel bawah serta lima kupel atas.
Peletakan batu pertama masjid dilakukan pada 23 September 1950 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu juga Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Pembangunan masjid selesai dua tahun berikutnya dan secara resmi dibuka langsung oleh Presiden Soekarno pada 20 September 1952.
Tanggal 6 Juni, sehari sebelum Jokowi Salat Jumat di Masjid Syuhada, merupakan hari kelahiran Bung Karno.
Pada Jumat malam, Jokowi punya acara santai. Makan sate di ‘Waroeng Klangenan’, Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Acara ‘romantis’ bersama Ibu Negara dan keluarga inti ini dikisahkan Jokowi dengan penuh canda di akun media sosialnya.
“Malam di Yogyakarta, menikmati sate gembus bersama keluarga di Warung Klangenan. Di warung ini, Anda dapat memanggang sendiri sate pada tungku di atas meja. Kami berbagi tugas: Saya merekam, Ibu Iriana menyantap sate, dan Kaesang yang mengipasi bara apinya,” tulis Jokowi.
Dan Sabtu pagi, 8 Juni, sebelum kembali ke Solo, Jokowi dan keluarga kembali menyapa warga. Kali ini, ia bersama Iriana, anak dan cucunya mengunjungi Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
Dari Gedung Agung, Jokowi dan keluarga berjalan kaki menuju Pasar Beringharjo pada pukul 11.00 WIB. Masyarakat langsung menyambut dengan antusias begitu Presiden dan keluarga berjalan keluar dari halaman Gedung Agung.
Sambil berjalan menuju pasar yang terletak sekitar 300 meter dari Gedung Agung itu, Jokowi dan Ibu Iriana menyapa dan bersalaman dengan masyarakat. Tak sedikit pula masyarakat yang mengabadikan momen bertemu dengan Jokowi itu dengan berswafoto.
Di pasar pun, ribuan pengunjung dan pedagang langsung berebut untuk bersalaman dan berswafoto. Jokowi kemudian menuju deretan kios yang menjual pakaian batik di los utara pasar, lalu masuk ke salah satu kios.
Jokowi memilih kemeja batik coklat ukuran anak-anak lalu mencocokannya dengan ukuran badan Jan Ethes. Sementara Ibu Iriana tampak membelikan batik untuk cucu perempuannya, Sedah Mirah Nasution.
Tiga hari penuh makna bagi Jokowi untuk bernostalgia sekaligus mengapresiasi Yogyakarta, daerah istimewa bagi republik dan juga bagi sejarah perjalanan hidupnya.
Tiga hari nan sederhana, menunjukkan kesahajaannya sebagai presiden, tapi juga manusia biasa yang memperhatikan keluarga dan dekat dengan rakyat kebanyakan.
(JJO)
seperti ditayangkan di
https://jokowidodo.app/post/detail/selain-jawa-tengah-jokowi-mantapkan-lebaran-di-pusat-kerajaan-jawa