SELANGKAH lagi, tim nasional sepak bola Indonesia mengulang sejarah 4 Desember 1991. Dua puluh delapan tahun silam!
Pada tanggal itu, sepak bola Indonesia memiliki momentumnya. Mendapatkan emas kedua dalam sejarah SEA Games, perhelatan olahraga negara se Asia Tenggara, yang belum bisa terulang sampai hari ini.
Empat tahun setelah meraih emas di Senayan, SEA Games Jakarta 1987, timnas Indonesia kembali menembus final SEA Games Manila 1991. Dua adu penalti menjadi kebanggaan kiper Eddy Harto sebagai pahlawan: di semifinal melawan Singapura, dan di babak pamungkas menjungkalkan Thailand. Dua-duanya berakhir dengan adu tos-tosan setelah waktu normal tanpa gol.
Tim asuhan trio Anatoli Polosin-Vladimir Urin dan Danurwindo deg-degan saat eksekutor kedua, Maman Suryaman gagal melaksanakan tugasnya. Adapun penendang pertama, sang kapten Ferril Raymond Hattu sukses menjebol kiper Chaiyong Khumpiam.
Algojo ketiga dan keempat, Heriansyah dan Yusuf Ekodono berhasil menyumbang angka. Sementara penendang terakhir, Widodo Cahyono Putro kandas memenuhi harapan para pencinta sepakbola.
Beruntung, dua penendang terakhir Thailand juga gagal. Suksun Kunsut dan Ronnachai Sayomchai gagal menembus gawang Eddy Harto. Lima eksekutor, tiga berhasil, dua gagal. Skor seimbang 3-3.
Adu penalti memasuki penendang penentuan, memakai sistem jika satu gagal maka tim lain juara. Anak muda itu, Sudirman, kini pelatih Persija, berhasil mencetak gol.
Sementara eksekusi pemain tengah tim Gajah Putih, Pairote Pongjan lagi-lagi ditahan Eddy Harto, yang tiga kali berturut-turut menjaga gawang Indonesia tak kebobolan dalam adu tendangan 12 pas. Merah Putih berpesta. Stadion Jose Rizal Memorial, Manila, larut dalam kegembiraan tim Garuda.
Tapi, ya itulah, emas terakhir kita. Sampai tulisan ini dibuat. Pada 21 November 2011, saya ada di Stadion Gelora Bung Karno menyaksikan final sepakbola SEA Games antara Indonesia dan Malaysia. Sayang, Indonesia kalah lewat adu penalti.
Begitupula pada final-final lain. Kala Jakarta jadi tuan rumah pada 1997, sepakan penati Ronny Wabia dan Uston Nawawi meleset dari gawang Thailand sehingga gagal mengulang capaian 1987 dan 1991.
Setelah 2011 kembali kalah lewat adu penalti, kali ini Ferdinand Sinaga yang gagal menjalankan tugasnya. Saat itu Merah Putih kembali masuk final pada 2013. Sayang, saat itu Bayu Gatra Sanggiawan dkk tersandung dari Thailand. Dahaga mengulang emas 1991 masih terasa.
Karena itu, saat bulan lalu berkesempatan menengok Manila untuk menyaksikan turnamen e-sports, saya ngotot ingin mencari tahu di mana Jose Rizal Memorial Stadium yang penuh memori itu.
Stadion yang jadi satu dengan komplek Komite Olimpiade Filipina, stadion baseball serta kawasan penunjang olahraga lain ini tampak kumuh. Berbaur dengan tempat sampah dan terminal bayangan jeepney, angkot khas Manila.
Komplek ini adalah Manila era lama. Sementara kebanyakan cabang olahraga SEA Games dihelat di Metro Manila, Bulacan, 30 kilometer di utara Manila dan Tarlac.
Dalam hitungan kurang dari 24 jam, timnas asuhan Indra Sjafri akan berjuang mengambil ‘takdir’-nya. Melawan Vietnam di partai puncak sepakbola SEA Games XXX. Satu per satu lawan sudah disingkirkan. Thailand, Singapura. Laos, dan Brunei disingkirkan di penyihan grup, serta Myanmar di semifinal. Saatnya melakukan revans atas Vietnam!
Sebagaimana tim emas 1991 menjadi juara karena ada duta-duta Jawa Timur. Sebut saja kapten Ferryl Raymond Hattu, Widodo Cahyono Putro (Petrokimia Putra), Aji Santoso (Arema), Eddy Harto, Toyo Haryono (Assyabab Salim Group), Hanafing, Erick Ibrahim (Mitra Surabaya), dan Yusuf Ekodono (Persebaya).
Demikian pula pada timnas SEA Games tahun ini. Kita memiliki Osvaldo Haay, striker Persebaya yang sudah mengemas delapan gol di SEA Games. Jumlah itu menyamai rekor Kurniawan Dwi Yulianto. Bedanya, delapan gol Kurniawan didapatkan dalam dua edisi, tiga gol 1995 dan lima lainnya tahun 1997.
Garuda Muda 2019 juga punya wakil Jawa Timur lain. Rachmat Irianto alias Rian, putra legenda Persebaya, Sugiantoro, Saddil Ramdani eks Persela yang musim lalu bermain di Malaysia dan tentu saja Evan Dimas Darmono, arek Lakarsantri Surabaya yang menjadi kunci kemenangan di partai mendebarkan melawan Myanmar.
Ayo Jatim, kembali kibarkan Merah Putih ujung podium tertinggi Sea Games. Kami haus medali emas sepakbola!
* Agustinus ‘Jojo’ Raharjo. Arek Suroboyo, pencinta sepakbola. Merantau di Jakarta
dimuat di https://jatimnet.com/ayo-duta-sepak-bola-jatim-raih-juara-di-manila