Sabtu 14 Desember 2019, Stadoin Shonan BMW, Hiratsuka, sekitar 1,5 jam perjalanan mobil dari Tokyo. Hari hidup mati bagi dua tim yang berlaga dalam Play Off J1/J2 J League alias Liga Jepang, kompetisi sepakbola profesional di negeri matahari terbit.
Setelah melalui serangkaian pertandingan play off, hari itu adalah puncak perjuangan bagi Shonan Bellmare jika ingin bertahan di kasta tertinggi J League (J1). Cukup seri bagi tim asal Prefektur Kanagawa untuk mempertahankan status terhormat, setelah musim ini menempatkan mereka di urutan bawah J1.
Sebaliknya bagi Tokushima Vortis, tim asuhan Ricardo Roriques Suarez, pria 45 tahun asal Spanyol, itu perlu meraih tiga poin, menang, sebagai syarat naik level dari J2 ke J1.
Pertandingan berakhir 1-1. Tuan rumah ketinggalan lebih dulu lewat gol Tokuma Suzuki di menit ke-20 sebelum seisi stadion berkapasitas 15.200 penonton pecah dengan sorak-sorai begitu aksi Temma Matsuda pada menit ke-64 menyamakan kedudukan. Shonan selamat dari degradasi.
Usai pertandingan, para pemain dari klub awal karir Hidetoshi Nakata -legenda sepakbola Jepang yang kemudian melanglang ke Seri A Liga Italia dan Liga Primer Inggris- ini menghampiri tiga sisi tribun, berterimakasih kepada para penonton yang setia mendukung mereka untuk bisa tetap eksis di J1 League.
Satu sisi tribun lain, tribun selatan, dikhususkan untuk suporter berbaju biru dari pulau lain. Tokushima merupakan kota berpenduduk 250 ribu jiwa di Pulau Shikoku, sementara Shonan ada di Pulau Honshu, yang menjadi pulau utama sekaligus terpadat di Jepang.
Di sepanjang laga, chant berbahasa Jepang berirama lagu Take ‘Em All milik Cock Sparrer, grup musik asal Inggris, terus dibahanakan pendukung Shonan di tribun utara. Sekilas mirip nyanyian Iwak Peyeknya Trio Macan.
“Iwak Peyek, iwak peyek, nasi jagung..
Sampek tuek, sampek elek, tetap disanjung….”
Secara show, kreativitas dan suasana pertandingan yang tertata rapi boleh lah.
Tapi, secara jalannya laga, beberapa teman saya mengaku ngantuk. “Ah, ini masih bagusan anak kantoran kita main bola,” kata seorang lawyer, teman seperjalanan saya.
Pertandingan berjalan monoton, boleh dibilang text-book, termasuk gol-gol yang tercipta. Kata orang kita, kurang seru kalau gak ada gaprakan maupun bumbu perkelahian di lapangan. Maka, begitu ada sedikit insiden di kubu pertahanan tuan rumah, kala Tokushima ngotot mencoba menang setelah skor jadi 1-1, kami pun berseru girang, “Ayo, Ayo..”
“Welcome to the Japan Professional League,” kata Presiden J League, Mitsuru Murai yang menemui kami di sela istirahat pertandingan.
Terima kasih atas kesempatan menyaksikan salah satu liga yang tertata rapi di Asia ini, produsen pemain-pemain top kelas dunia, termasuk Takumi Minamino yang siap berjersey Liverpool bulan depan.
Sebagaimana suksesnya kehidupan, demikian pun sebuah liga. Semua berasal dari perencanaan matang dan konsistensi menaati planning besar itu.
Arigato Gozaimasu…