Di awal reformasi lahir dari perut Ibu Pertiwi, saya begitu mengagumi Eep Saefulloh Fatah. Anak muda yang kala itu memasuki usia awal 30-an tahun ini menjadi bintang baru dalam berbagai wawancara di layar kaca. Juga keliling Indonesia pada banyak seminar. Di kampus-kampus. Di hotel-hotel. Dan di berbagai lembaga non pemerintah atau CSO. Juga karena tulisannya rajin hadir di kolom opini berbagai media.
Saat berbicara, kata-kata pria kelahiran kampung Cibarusah, Kabupaten Bekasi itu begitu tertata. Diksinya begitu terpilih. Pun saat menulis. Pendekatan opini dan realita politik yang disampaikannya amat pas. Jadilah dosen Universitas Indonesia ini primadona baru bagi para aktivis dan mahasiswa saat itu. Karena ia dianggap murni, independen dan tidak berafiliasi kepada kepentingan tertentu.
Tak heran, Eep sempat sebentar mencicipi sebagai anggota MPR, masuk dalam Tim 11 atau Panitia Persiapan Pembentukan Komisi Pemilihan Umum 1999 yang bertugas memverifikasi partai politik calon peserta Pemilu 1999. Eep pun terpilih sebagai panelis debat kandidat presiden pertama di Indonesia.
Waktu berjalan, lulusan Ilmu Politik Fisip UI dan The Ohio State University ini mundur sebagai pengajar UI dan pada 2010 fulltime di Polmark, biro jasa layanan pemasaran politik yang didirikannya.
Polmark berperan besar dalam pemenangan Jokowi-Ahok di Pilgub DKI 2012, Ahmad Heryawan-Dedy Mizwar di Pilgub Jabar 2013, Jokowi-JK di Pilpres 2014 dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilgub DKI 2017.
Pada konstestasi Pilkada DKI terakhir itu, namanya sempat dikaitkan dengan strategi pemenangan melalui isu SARA. Maka, sebagai ‘fans’ Eep, respek kepadanya menjadi sedikit berkurang.
Tapi, kemarin, rasa hormat itu datang lagi. Eep mengeluarkan sebuah video memaparkan testimoni terkait penggunaan listrik di rumahnya. Ia memberikan pemahaman agar konsumen PLN masa kini seharusnya lebih bijak.
“Awalnya saya mengeluh, satu bulan kemarin tiba-tiba ada lonjakan tagihan listrik yang juga marak di medsos. Banyak yang bilang, jangan-jangan PLN diam-diam menaikkan tarif, atau ada semacam sistem subsidi silang,” jelasnya.
Eep menyampaikan langkahnya untuk kemudian mengevaluasi diri.
“Jangan-jangan ini memang karena penggunaan listrik di rumah saya meningkat selama kebijakan Work from Home. Saya sangat berterimakasih respon PLN sangat cepat,” ungkapnya.
Suami presenter televisi Sandrina Malakiano ini memberi pesan cukup bertuah jika mau direnungkan lebih dalam oleh semua pengguna listrik.
“Saya percaya bahwa konsumen yang baik adalah konsumen yang bisa mengevaluasi dirinya juga,” tegasnya.
Welcome back, Kang Eep, untuk petuahnya yang mencerahkan. Serasa waktu diputar mundur melihatnya kembali beraksi di awal reformasi.