Tak banyak perempuan bisa menduduki posisi elit di beberapa perusahaan plat merah tanah air. Satu orang yang sama, tapi bisa berada di jajaran terhormat BUMN berbeda.
Nicke Widyawati adalah contoh dari yang sedikit itu. Perempuan 52 tahun kelahiran Tasikmalaya ini tercatat sebagai perempuan kedua yang menduduki posisi Direktur Utama Pertamina, setelah Karen Agustiawan (2009-2014). Tak hanya itu, Nicke telah teruji di PLN.
Sehari sebelum Hari Kartini, 20 April 2018, Nicke mendapat ‘berkah’ itu, mengemban amanat sebagai Pelaksana Tugas Dirut Pertamina. Kala itu, secara mendadak, Menteri BUMN Rini Soemarno mencopot Elia Massa Manik dari tampuk pimpinan BUMN energi terbesar negeri ini.
Sebuah kepercayaan yang terhitung luar biasa karena ia baru beberapa bulan berkarir di Pertamina sebagai Direktur Sumber Daya Manusia dan pelaksana tugas Direktur Logistik, Rantai Pasokan dan Infrastruktur.
Sangat istimewa, karena Nicke bukan tergolong sebagai ekspert minyak dan gas lulusan Amerika. Ia menamatkan Teknik Industri dari Institut Teknologi Bandung, dan melanjutkan program magister hukum bisnis di Universitas Padjajaran.
Nicke kenyang asam garam di dunia perbankan dan energi. Seperempat abad karirnya dihabiskan di berbagai perusahaan sebelum mendapat tempat prestisius sebagai komandan Pertamina, BUMN raksasa beraset lebih dari 60 miliar dolar AS.
Masih kuliah di Kota Kembang pun, Nicke telah diterima bekerja di Bank Duta cabang Bandung pada 1988.
Lulus dari Kampus Gansesha pada 1991, Nicke langsung diterima bekerja di PT Rekayasa Industri (Rekin), tempatnya mendapat pelajaran penting mengenai manajemen proyek, dengan posisi sebagai Project Control Engineer.
Di perusahaan yang bergerak di bidang jasa Engineering, Procurement, Construction (EPC) tersebut, karir Nicke terus menanjak hinga masuk ke jajaran direksi mulai dari Direktur Bisnis, hingga Vice President Corporate Strategy Unit.
Perempuan yang pernah meraih penghargaan ‘Anugerah Perempuan Indonesia dari Kementerian BUMN’, serta ‘Women’s Work of Female Grace’ dari Asia Institute, ini kemudian melompat ke PT Mega Eltra, anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk posisi paling bergengsi: Direktur Utama.
Di lingkungan BUMN, karirnya makin menanjak setelah Nicke diminta bergabung dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada 2014 pada posisi Direktur Perdagangan, Manajemen Risiko dan Kepatuhan, kemuduan bergeser menjadi Direktur Perencanaan Strategis I sejak 24 Desember 2014.
Pindah dari Blok M ke Gambir, Nicke makin mendapat apresiasi publik dengan posisinya di direksi dan (saat itu) Plt. Dirut Pertamina.
Bukan tanpa alasan Presiden Jokowi menunjuknya memimpin Pertamina. Sekretaris Bandung Pramono Anung menjelaskan, ada beberapa pertimbangan Jokowi memilih Nicke, yang pertama adalah karena Pertamina membutuhkan tim yang solid dan juga orang yang bisa berbenah di internal Pertamina.
“Pertamina perusahaan besar dan selama ini dapat previlage dari pemerintah karena 100 persen sahamnya milik pemerintah. Pertamina harus melakukan inovasi baik itu eksplorasi maupun eksploitasi,” katanya.
Menurut Jokowi, sebagaimana ditirukan Pramono, Pertamina juga harus siap bertarung di dunia internasional dan tidak bisa hanya menggantungkan diri pada lapangan-lapangan yang ada di dalam negeri.
Dengan demikian, Pertamina bisa jadi perusahaan migas kelas dunia. “Dan ini yang jadi harapan pemerintah,” tegas Pramono.
Tapi, perempuan tetaplah perempuan. Nicke tak bisa memungkiri itu. Ia pun dipuji media karena tetap modis sebagai orang nomor satu, seberapa pun sibuk dirinya.
Suatu saat, jam tujuh malam, Nicke datang ke Kementerian ESDM untuk menghadiri konferensi pers tentang blok migas yang akan habis kontrak (terminasi).
Nicke mengenakan baju batik lengan panjang dengan restleting yang juga panjang di bagian depannya menyerupai sweater. Batiknya dominan berwarna hitam dan putih.
Di bagian leher dan bahu batiknya, ada sentuhan garis warna merah dan biru kehijau-hijauan. Penampilan Nicke semakin modis lantaran sepatu yang ia gunakan juga senada dengan warna batiknya. Di sepatu tersebut terdapat hiasan berupa batu-batu seperti ‘infinity stones’ dalam film ‘Avengers: Infinity War’.
Awak media pun penasaran. Tapi, saat disinggung soal stylenya yang modis, lengkap dengan gaya berjalannya, serta di mana dia membeli batik dan sepatunya itu, Nicke menjawab malu-malu.
“Oh gitu ya? Batik ini. Dari mana ya? Saya juga lupa,” katanya sambil berjalan keluar gedung Kementerian ESDM. Anggun, namun berlagak cuek pada pujian wartawan.
Nicke hanya mengatakan perpaduan warna yang pas antara baju, celana, dan sepatu dilakukannya agar memacu semangat dalam bekerja. Ia pun enggan menjawab merek sepatu dan berapa harganya.
“Oh gitu keren ya? Harus dong biar semangat. Enggak tahu soal harganya,” kilah Nicke. Tertawa.
Malam itu, Nicke mengaku baru saja pulang dari kunjungan kerja ke Palembang dan langsung ke Kementerian ESDM untuk mendengarkan pengumuman Wilayah Kerja (WK) migas terminasi tahun 2019. Dari empat WK, Pertamina mendapatkan perpanjangan dua WK.
Dari Sumatera Selatan ke kantor Kementerian ESDM di Jakarta Pusat, ibu satu anak itu tetap menjaga penampilan dirinya sebagai wanita sejati.
Nicke dikenal dekat dengan Rini Soemarno. Tapi, saat Menteri BUMN berganti Erick Thohir, ia tetap mendapat amanah sebagai Dirut Pertamina untuk periode kedua.
Begitu akrabnya, Rini pernah menggoda Nicke. Momen itu terjadi saat kedua perempuan tangguh Indonesia ini hadir dalam penandatanganan nota kesepahaman antara PT Pertamina (Persero) dengan PT Pelindo I, PT Pelindo II, PT Pelindo III, dan PT Pelindo IV di Kementerian BUMN.
Saat memberikan sambutan, Rini melontarkan canda kepada Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
“Sekarang saya senang sekali Pertamina sudah kerja sama dengan semua pelabuhan kita. Saya suka ganggu Bu Nicke, biasanya kan ada orang suaminya sampai empat. Ini pelabuhan ada empat, berarti Bu Nicke pacarnya empat. Salah satu nggak benar bisa ditendang,” celoteh Rini disambut tawa riuh hadirin.
Prestasi Nicke di Pertamina tak bisa dianggap remeh. Bersamanya, Pertamina sukses menggeser dominasi perusahaan asing di bidang migas yang selama ini menjadi pemain utama.
Tak hanya berhasil mengembalikan lumbung minyak ke pangkuan anak negeri, Pertamina juga berjaya di luar negeri dengan membuka banyak tambang eksplorasi baru untuk memenuhi kebutuhan migas dalam negeri.
Prestasi Pertamina yang paling membanggakan tentu saja keberhasilannya mengambil alih blok migas dari tangan pemain asing, di antaranya peralihan kepemilikan Blok Mahakam dari Total (Prancis) dan Blok Rokan dari Chevron (AS) ke Pertamina.
Sebelum menguasai Blok Mahakam, Pertamina hanya menguasai sekitar 15 persen produksi migas dalam negeri.
Setelah mengambil alih 100 persen Blok Mahakam dari tangan Total (Prancis) dan INPEX (Jepang), Pertamina menguasai produksi migas nasional sebesar 20 persen, atau sekitar 162.000 barel/hari. Ini tentu saja sangat membanggakan karena secara perlahan, mampu mengelola kekayaan SDA dalam negeri secara mandiri.
Tak hanya berjaya di tanah air, Pertamina sukses sebagai jagoan di kancah internasional. Pertamina Internasional EP (PIEP) memiliki total dua belas aset tersebar di dua belas negara yaitu Aljazair, Malaysia, Irak, Gabon, Tanzania, Nigeria, Kanada, Kolombia, Prancis, Italia, Namibia, dan Venezuela.
Di luar itu, PT Pertamina Internasional EP berhasil menaikkan produksi minyak dan gas (migas) hingga 153 ribu barel setara minyak Barel Oil Equivalent Per Day (BOEPD) terdiri dari 102 ribu barel minyak per hari dan gas 299 MMSCFD. Alhasil, capaian produksi migas ini, Pertamina meraih pendapatan senilai USD 1,2 miliar dengan EBITDA mencapai USD 703 juta.
Pencapaian selangit, tapi Nicke tetap rendah hati. Dalam ‘Pertamina Energy Forum 2019’ akhir tahun lalu, Nicke memaparkan lima pekerjaan rumah Pertamina, di hadapan dua ‘bos’ baru: Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
PR kedua, yaitu akses. Kebutuhan energi bagi 70 ribu desa di Indonesia masih belum sepenuhnya terjangkau dari sisi akses.
PR ketiga, keterjangkauan harga. Kebijakan BBM Satu Harga belum menyeluruh ke wilayah-wilayah di Indonesia.
PR keempat, penerimaan sumber energi. Ini berkaitan dengan pemenuhan target bauran energi sebesar 23 persen dari energi terbarukan.
PR kelima, harus mencari sumber energi terbarukan. Misalnya membangun bio refinery untuk CPO di Sumatera serta gafisikasi untuk batu bara di Sumatera Selatan.
Bersama Nicke Widyawati, Pertamina sudah ‘on the track’, seperti janji Presiden Jokowi di debat calon presiden tahun lalu, menjadikan Pertamina lebih hebat dari Petronas milik negeri tetangga.